Pertanianku — Verstegen Spices & Sauces BV merupakan perusahaan asal Belanda yang berencana akan menanamkan investasi pengembangan komoditas pala di Fakfak, Papua Barat. Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadila, telah mendatangi Kantor Pusat Verstegen di Rotterdam, Belanda pada (14/10).
Pertemuan tersebut merupakan kelanjutan dari pertemuan sebelumnya yang berlangsung pada November 2020. Pada saat itu perusahaan tersebut menyampaikan keinginannya untuk berpartisipasi dalam program peremajaan dan penanaman pala serta industrinya di Kabupaten Fakfak. Rencananya, Verstegen akan berinvestasi sebesar Rp4,2 triliun untuk mengembangkan industri pala.
Investasi tersebut akan memberdayakan 50.000 petani pala. Terkait kerja sama tersebut, Bahlih berjanji untuk memberikan fasilitas terkait perizinan seperti pengadaan lahan.
“Verstegen tidak perlu khawatir terkait urusan lahan di daerah. Kementerian Investasi/BKPM siap memfasilitasi dan mengurus izin-izinnya. Untuk pelaksanaannya, bisa kita lakukan secara bertahap. Mulai dari lahan seluas 10 ribu hektare dulu, kemudian kita pantau dan pelajari untuk ekspansi nantinya,” tutur Bahlil seperti dikutip dari laman Indonesia.go.id.
Bahlil menjelaskan, rencana pengembangan perkebunan pala ini sejalan dengan perintah Presiden Joko Widodo kepada Kementerian Investasi/BKPM yang ingin mengembalikan kejayaan rempah-rempah Indonesia. Hal tersebut juga sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2020 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Papua dan Papua Barat.
Model bisnis yang akan dijalankan adalah kerja sama dengan mitra lokal pemilik lahan perkebunan sehingga perusahaan asal Belanda ini bukan menjadi pemilik lahan. Nantinya, Verstegen akan lebih fokus untuk pendistribusian, pelatihan petani lokal, dan transfer pengetahuan.
Pengembangan industri rempah-rempah terintegrasi ini nantinya dapat mengamankan dua sisi, yaitu pasokan dan permintaan pasar internasional terhadap rempah-rempah asal Indonesia.
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal, Ikmal Lukman, menyebutkan, beberapa negara tujuan ekspor Indonesia, yakni Belanda, Jerman, Vietnam, dan Jepang.
“Permintaan dunia untuk produk pala akan meningkat sebab industri makanan, bumbu, kosmetika, dan farmasi terus mengalami peningkatan. Bila kita melakukan hilirisasi akan tercipta nilai tambah bagi industri dan perekonomian nasional, utamanya kawasan timur,” terang Ikmal.
Ikmal menilai investasi komoditas pala sangat strategis dilakukan di Papua Barat. Hal ini karena Kawasan Timur Indonesia merupakan penghasil biji pala terbesar, 70 persen produksi pala berasal dari kawasan tersebut.