Pertanianku — Salah satu musuh nyata pada budidaya hortikultura adalah serangan hama yang sulit diprediksi kehadirannya. Salah satu hama yang paling meresahkan adalah lalat buah yang dapat menyerang beberapa komoditas hortikultura. Selain pestisida kimia, petani juga bisa memanfaatkan pestisida nabati seperti ekstrak mimba dan minyak selasih untuk mengatasi serangan hama. Namun, sayangnya penggunaan pestisida kimia masih mendominasi.
“Kondisi pemakaian pestisida kita cukup memprihatinkan. Cobalah kita meminimalisir penggunaan pestisida kimiawi. Gunakan pestisida nabati misalnya mahoni, mimba, atau babandotan yang bagus untuk mengatasi thrips, kutu kebul. Mimimal ini bisa dijadikan pencegahan. Kampung-kampung hortikultura ini saya harapkan menggunakan pestisida alami seperti ini,” tutur Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto dalam bimbingan teknis pengelolaan OPT seperti dikutip dari laman hortikultura.pertanian.go.id.
Direktur Perlindungan Hortikultura, Inti Pertiwi mengatakan bahwa pengelolaan ramah lingkungan diatur dalam UU No 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura dan UU No 12 tahun 2019 tentang Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan yang mengatur perlindungan pertanian dengan sistem pengelolaan hama terpadu.
“Dikarenakan penggunaan pestisida kimiawi bisa berdampak pada kesehatan manusia, Kementan (Kementerian Pertanian) tidak lagi menganggarkan pestisida kimiawi. Ini merupakan bukti keberpihakan pemerintah untuk berperan pada lingkungan. Pelaksanaannya menjadi tanggung jawab semua pihak mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, petani, pelaku usaha hingga masyarakat,” terang Inti.
Pestisida nabati dapat memberikan sejumlah manfaat serta keuntungan bagi lingkungan dan manusia. Keuntungan pestisida nabati dapat dirasakan untuk jangka panjang, tentunya keuntungan ini tidak dimiliki oleh pestisida sintetis atau kimiawi yang memang bisa membasmi hama dalam waktu yang lebih cepat.
Staf Departemen Proteksi Tanaman IPB, Dadang menjelaskan pestisida alami sudah digunakan sejak zaman dahulu, bahkan sejak 3000 SM. Dahulu masyarakat memanfaatkan bawang putih, ampas zaitun, dan mentimun liar untuk mengendalikan serangan hama.
Sejak 1960, ekstrak azadirakhtin dan tanaman mimba sudah dilirik kembali menjadi pestisida. Bahkan, beberapa senyawa aktif yang ada di dalam tanaman tersebut digunakan pada pestisida sintetik.
“Secara umum pestisida alami mudah terurai dan aman untuk manusia. Resistensi pada hama tergolong lambat dan senyawanya bersifat sinergis. Artinya, jika ditambah dengan ekstrak lain bisa berdaya guna berkali lipat. Penggunaan insektisida alami kompatibel dengan strategi lain dalam PHT. Utamanya, pestisida alami bisa dibuat sendiri,” papar Dadang.