Pertanianku – Durian merupakan salah satu buah yang banyak tumbuh di wilayah Asia Tenggara. Tak ketinggalan di Indonesia yang memiliki beragam varietas durian unggul di masing-masing daerah. Salah satunya banyak terdapat di Desa Lordes, Kecamatan Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Buah durian disusun rapi di dalam keranjang yang diletakkan di pinggir jalan. Durian tersebut ditanam 17 tahun lalu. Namun baru 7 tahun terakhir, petani merasakan manisnya hasil jerih payah yang mereka lakukan selama bertahun-tahun. Durian itu pun menjadi buruan warga Nunukan dan sekitarnya.
Arsyad, adalah salah satu petani dan juga pengepul buah durian di Desa Sungai Limau, Kecamatan Sebatik, mengaku, dalam sehari mampu menjual 200—300 kilogram durian. Jumlah tersebut akan bertambah ketika Sabtu dan Minggu.
“Satu hari bisa kita menjual 300 kilogram, itu pun sering kurang karena banyak warga Nunukan yang berminat. Satu kilogram dijual dengan kisaran harga Rp25.000,” tuturnya.
Harga durian tahun ini, sambung Arsyad, cukup bagus. Berbeda dengan tahun lalu, harga durian hanya Rp5.000 per kg. Padahal, saat itu, durian lagi lebat berbuah. Dari 70 pohon yang ditanamnya, ia memetik 5 ton durian. Sayangnya, ketika itu harganya rendah.
Harga durian pun tidak berubah meskipun dijual ke Kota Tawau, Malaysia. Harganya tetap murah. “Hanya 50 sen per kilogram sekitar 1.500 kalau dirupiahkan. Sementara di sini hanya Rp5.000 per kg. Kalau dibawa ke Nunukan bisa mencapai Rp7.000 per kg,” tuturnya.
Meski harga durian tinggi, uang yang dia peroleh tidak maksimal. Hal ini terjadi karena jumlah duriah yang dipanen merosot. Ini disebabkan oleh curah hujan yang minim dan banyaknya ulat buah yang memakan durian muda. Akibatnya, banyak durian masih muda rontok.
Ia mengaku beruntung, karena ketika panen sedikit, harganya mencapai Rp25.000 per kg sehingga petani masih untung.
“Satu hari kalau Sabtu Minggu bisa mencapai Rp7 juta. Bahkan kami tidak lagi menjual durian ke Tawau Malaysia karena harga di sana cuma 5 ringgit (setara Rp15.000),” ujar Arsyad.
Meski demikian, petani tetap tak bisa lepas dari ketergantungannya ke Malaysia. Untuk memenuhi kebutuhan pupuk, mereka tetap mengandalkan Malaysia. Apalagi pupuk untuk durian masih sulit diperolehnya.
“Pupuknya bergambar durian. Satu bungkus harganya 50 ringgit (setara Rp 150.000). Kalau dipupuk itu, pohon bisa 3 kali panen. Tapi kami masih kesulitan mendapat pupuk itu di Malaysia,” tutup Arsyad.