Petani Jagung Aceh Tenggara Terpaksa Panen Dini

Pertanianku — Sejumlah petani jagung di Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi NAD, terpaksa memanen dini hasil tanaman pangan mereka. Diakui para petani hal ini akibat tingginya intensitas hujan dalam dua bulan terakhir di wilayah setempat.

petani jagung
Google Image

“Memang belum sempat terendam air, tapi jagung kami sebagian telah membusuk,” ujar Fatimah (42), petani jagung di Desa Perapat Sepakat, Kecamatan Babussalam, Kutacane, dikutip dari Antara, Selasa (2/1/2017).

Ia memperlihatkan bagian tongkol jagung yang telah membusuk, dan sebagian lagi telah berwarna kekuningan. Menurutnya, pedagang pengumpul enggan membeli tanaman pangan jenis ini bagi yang tidak berwarna oranye.

Fatimah mengatakan, kalaupun laku dijual, hasil panen dini ini dibayar dengan harga yang relatif murah atau tidak sesuai harga yang berlaku di pasaran. Saat ini, harga di pasaran sebesar Rp3.600 per kilogram.

Berdasarkan data Dinas Pertanian Aceh Tenggara, luas tanaman pangan jenis padi sekitar 16.679 hektare dengan masa tanam tiga kali dalam satu tahun. Selain itu, lahan tersebut juga mampu memproduksi jagung sekitar 220 ribu ton per tahun.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis bahwa Aceh Tenggara merupakan kabupaten nomor lima yang berhasil mengentaskan kemiskinan dari 23 kabupaten/kota di Aceh. Sebab, daerah sentra produksi jagung dalam satu hektare rata-rata dapat memproduksi 7,2 ton.

“Syukur-syukur bisa balik modal, untuk membeli bibit (jagung) dan pupuk lagi. Bila tidak, saya akan tanam bawang merah karena cuma dua bulan bisa panen,” ujar Rajasah (61), salah seorang petani jagung lainnya.

Sementara itu, Hairul (45), petani jagung lain di wilayah Aceh berbatasan dengan Kabupaten Karo menyatakan, dirinya lebih baik memanen dini walau usia tanaman belum cukup, ketimbang jagung terus dibiarkan membusuk. Pihaknya tidak memikirkan kerugian yang harus ditanggung jutaan rupiah, karena jagung tersebut sebenarnya tinggal menunggu satu bulan lagi hingga masa panen tiba.

Di lain pihak, Abdurrahman Maha (53), salah satu ketua kelompok tani setempat mengharapkan ada perhatian dari pemerintah daerah. Sebab, musim hujan telah mengakibatkan petani lebih cepat memanen dan terancam merugi.

“Kami berharap, perhatian dari pemerintah untuk bagi para petani. Setidaknya mendapat bantuan bibit untuk melakukan tanam jagung yang telah busuk akibat tergenang air,” pungkasnya.