Pertanianku – Dua tahun belakangan ini, nasib petani tembakau di Indonesia cukup mengenaskan. Hal ini disebabkan oleh kemarau basah, yakni hanya 40% dari hasil produksi yang bisa dipanen.
Namun, pada 2017 ini, petani tembakau optimistis hasilnya lebih dari tahun kemarin. Diperkirakan 80% hasil produksi akan bisa dipanen dari rata-rata hasil produksi sebesar 170 ribu ton per tahun.
“Cuaca tahun ini membaik dibanding cuaca pada 2015 dan 2016 yang kemarau basah. Kami optimistis hasil panen lebih baik, sekitar 80% dibanding tahun kemarin yang hanya 40%,” jelas Ketua Asosiasi Petani Tembakau lndonesia (APTI) Soeseno beberapa waktu lalu mengutip detikFinance (14/7).
Lebih lanjut Soeseno menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang membuat hasil panen tembakau menurun pada dua tahun belakangan ini. Adanya kemarau basah atau hujan yang turun di musim kemarau membuat lahan yang bisa ditanami hanya tersisa 30%.
Selain kemarau basah, penurunan luas lahan tanam akibat alih fungsi lahan dengan menanam tanaman lain dan pembangunan permukiman juga menjadi sebab lain. Jambi, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel, dan Sumbar adalah daerah yang mengalami penyusutan lahan tanam tembakau.
Salah satu faktor penyebab lainnya, yakni biaya. Pasalnya, biaya produksi untuk menanam tembakau baik bibit, pupuk maupun upah pekerja lebih tinggi dan lebih besar daripada tanaman lain. Kesulitan itu ditambah dengan akses permodalan yang masih sulit didapatkan petani tembakau.
“Tata niaga tembakau juga sangat kompleks, melibatkan mata rantai perdagangan cukup panjang di dalam alur perdagangannya sehingga keuntungan petani kerap tergerus,” kata Soeseno.
Kendala itu membuat produktivitas atau hasil panen tembakau tertinggal jauh dibanding negara tetangga. Rata-rata produktivitas perkebunan tembakau di Indonesia masih di bawah 1 ton per hektare atau rata-rata hanya 7 kuintal. Hanya hasil tembakau di NTB yang mampu menghasilkan produksi rata-rata di atas 1 ton per hektar.
“Bandingkan dengan Vietnam yang bisa menghasilkan 2 ton dan Cina yang menghasilkan 2,5 ton per hektare,” tutup Soeseno.