Pertanianku — Philondendron xanadu merupakan bagian dari genus Philodendron pada famili Araceae bersama dengan P. bipinnatifidum dan P. undulatum. Tanaman hias ini tumbuh menyemak dengan tipe tumbuh dominasi apikal terminal yang cukup kuat.
Apikal tanaman yang baru dapat muncul dari mata tunas yang terdapat di setiap ketiak pelepah daun. Pada kondisi alami, tanaman mampu tumbuh hingga setinggi 1 meter dengan diameter lingkaran helaian daun mencapai 120 cm.
Daun tanaman Philodendron xanadu berbentuk oval atau eliptik, lembaran daunnya agak tebal, berwarna hijau, bagian tepi daun berlekuk, dan memiliki susunan tulang daun menyirip. Daun tanaman yang masih muda atau juvenile dengan daun dewasa memiliki bentuk berbeda.
Tanaman hias P. xanadu merupakan tanaman yang berumah satu atau monoceous. Tanaman berumah satu merupakan tanaman yang memiliki organ reproduksi jantan dan betina dalam satu individu yang sama. Pada tongkol P. xanadu terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bunga jantan, betina, dan steril.
Tanaman hias ini sering digunakan sebagai tanaman hias interior dan tanaman landscape. Namun, P. xanadu juga sering digunakan sebagai daun potong untuk kebutuhan dekorasi dan kreasi.
Pada 1988, P. xanadu sempat menjadi tanaman yang dilindungi oleh undang-undang perlindungan tanaman di Australia. Setelah terkenal di Amerika, banyak pembudidaya tanaman hias yang memperbanyak secara besar-besaran untuk dikomersialkan di Amerika Serikat. Setelah itu, tanaman hias ini mulai menyebar ke daerah Eropa dan Asia.
Seluruh bagian tanaman hias interior ini mengandung kristal calcium oxalate, tetapi kadarnya berbeda-beda. Zat tersebut beracun untuk hewan vertebrata dan manusia karena bisa menyebabkan iritasi dan gatal pada kulit. Jika senyawa tersebut tertelan atau terhirup, akan menyebabkan gangguan pernapasan dan pencernaan.
xanadu sering dijual dalam bentuk tanaman hias di pot. Di Bali, tanaman ini dijual dalam bentuk daun potong. Hingga saat ini peminat Philodendron xanadu masih terbilang cukup baik dengan harga jual yang tidak terlalu mahal.
