Pertanianku — Pohon binuang adalah jenis pohon dataran rendah yang dapat tumbuh dengan cepat dan baik sekalipun pada tanah yang miskin unsur hara. Pertumbuhan rata-rata kayu binuang sebanyak 24—40m3/hektare/tahun.
Keunggulan pohon binuang adalah mampu atau tahan terhadap api (kebakaran). Di alam, pohon ini merupakan pohon dominan dan biasanya tumbuh di tempat-tempat lembap, tetapi tidak selalu digenangi air. Pohon ini dapat dijumpai di tepian sungai atau pantai pada lahan gambut dan rawa.
Pohon binuang banyak tersebar di luar Pulau Jawa, seperti Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi, Maluku, dan Irian. Pohon ini terbagi menjadi dua jenis, yakni binuang bini dan binuang laki, kedua jenis ini sama-sama memiliki pertumbuhan yang cepat.
Kayu binuang bini berwarna cokelat pucat, cokelat kekuning-kuningan hingga kelabu kecokelatan, tetapi kadang-kadang berwarna merah jambu. Kayu binuang bini memiliki tekstur yang agak kasar hingga kasar dengan arah serat berpadu. Permukaan kayu agak kesat pada bidang tangensial. Kayu binuang bini sangat lunak dan termasuk golongan kayu kelas awet V dan kelas kuat IV—V.
Sementara, kayu binuang laki yang masih segar berwarna kuning dan akan berubah menjadi cokelat kuning sampai kelabu. Kayu binuang laki bertekstur kasar searah dengan arah serat lurus atau berpadu dan bergelombang. Kayu binuang laki masuk ke dalam golongan kelas awet IV—V dan kelas kuat III—IV.
Kayu binuang memiliki nilai ekonomis karena bisa dijual dan dimanfaatkan beberapa bidang industri. Kayu binuang sering digunakan sebagai bahan bangunan, plywood (lapisan dalam), peti pembungkus, korek api, peti mati, pulp, kayu perkakas tempat penyediaan beton, chipboard, dan kayu perkapalan.
Kayu binuang agak sulit untuk dikeringkan dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Jika proses pengeringan tidak berjalan dengan sempurna, akan menimbulkan cacat pada kayu berupa retak, pecah, dan perubahan bentuk.
Benih binuan bisa didapatkan dari buah yang biasanya akan tumbuh pada Desember—Januari dan Mei—Juni. Buah yang dapat dijadikan benih haruslah buah yang sudah masak secara fisiologis. Buah yang sudah masak ditandai dengan warna buah hijau tua sampai kehitaman. Buah yang berkualitas baik dapat langsung dipetik di pohonnya, meskipun secara alami buah yang sudah masak akan terbuka dan benih jatuh bertebaran.