Pertanianku – Ikan gurami termasuk salah satu dari 12 komoditas lainnya untuk memenuhi gizi masyarakat. Selain itu, gurami juga termasuk salah satu dari 15 jenis komoditas ikan yang ditujukan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Di berbagai daerah, gurami bahkan menjadi salah satu komoditas unggulan pertanian.
Gurami memang memiliki prospek menjanjikan untuk dibudidayakan. Permintaan pasar terhadap gurami cukup tinggi dan masih belum terpenuhi sehingga peluang pasar masih terbuka lebar. Harga jual gurami lebih tinggi jika dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Dengan demikian, gurami secara ekonomi relatif lebih menguntungkan.
Disamping bertujuan memenuhi permintaan pasar dalam negeri, ikan gurami pun punya peluang menjadi komoditas ekspor. Negara-negara yang masih sangat terbuka antara lain Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Brunei Darussalam, dan Malaysia. Gurami untuk ekspor harus memenuhi standar mutu yang telah ditentukan oleh Badan Standardisasi Nasional.
Lahan budidaya gurami masih tersedia luas. Lahan ini dapat berupa kolam semen, empang, ataupun waduk. Petani gurami di Jawa Barat lebih banyak menggunakan empang dan waduk. Waduk Saguling, Jatiluhur, dan Cirata adalah beberapa waduk yang sangat potensial untuk memelihara gurami.
Pakan untuk usaha pembenihan ataupun pembesaran gurami tersedia sepanjang waktu. Benih gurami banyak dihasilkan oleh pemerintah melalui Balai Benih Induk (BBI) dan pembudidaya yang khusus menjual benih.
Produksi gurami masih kurang
Saat ini tercatat ada lima wilayah penghasil gurami terbesar di Indonesia, yakni Jawa Barat (34,04%), Jawa Tengah (18,67%), Sumatera Barat (15,44%), Jawa Timur (14,98%), dan Nusa Tenggara Barat (2,7%). Salah satu sentra gurami di Jawa Barat adalah daerah Parung, Bogor. Setiap bulannya, petani gurami di daerah itu mampu memasok gurami konsumsi untuk daerah Jabodetabek dan Banten sebanyak 2—3 ton. Namun, akhir-akhir ini produksi menurun akibat peruntukan lahan produksi yang semakin sempit sehingga produksi hanya menjadi 1 ton/bulan.
Produksi gurami yang ada saat ini memang belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat. Hal ini terbukti dari lebih sedikitnya persediaan ikan gurami di pasaran. Tidak seperti ikan mas dan lele yang jauh lebih mudah ditemui. Harga gurami pun relatif lebih tinggi.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab gurami belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Jumlah peternak yang mengusahakan gurami memang masih sedikit. Para peternak lebih suka membudidayakan ikan mas dan lele, terutama lele dumbo. Pertumbuhan gurami memang tidak secepat ikan mas dan lele. Oleh karena itu, panennya pun lebih lama.
Secara alami, pertumbuhan ikan gurami memang lambat. Selain karena kantong makannya yang lebih kecil, ikan ini tergolong herbivora yang hanya makan protein nabati. Hal ini berbeda dengan jenis ikan konsumsi lainnya yang memakan protein hewani atau karnivora.
Pakan yang diberikan umumnya hanya seadanya, misalnya daun singkong dan daun sente. Meskipun daun-daunan tersebut sangat disukai gurami, kandungan proteinnya sangat sedikit. Padahal, pertumbuhan gurami sangat dipengaruhi oleh asupan protein.
Selain itu, gurami yang dipelihara umumnya hanya dijadikan sebagai tabungan, yang akan dijual ketika membutuhkan uang. Masih sedikit masyarakat yang memelihara gurami secara intensif dan menjadikannya sebagai usaha pokok yang memberikan keuntungan besar. Namun, ada beberapa petani melek ilmu yang tidak mau menunggu-nunggu kapan tabungan ditebok atau dipecah. Mereka berupaya sekuat tenaga untuk membudidayakan gurami lebih intensif dan segera memberikan keuntungan besar. Saat sudah siap panen, petani tidak perlu repot mencari pembeli karena mereka akan datang dengan sendirinya