Potensi Besar Jagung Hibrida

#72Indonesia: Jagung hibrida menjelma menjadi salah satu varietas unggulan di Indonesia

Pertanianku – Menjelang perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-72 tahun, selama itu pula Indonesia terus menggali berbagai macam varietas pangan yang dapat dikembangkan guna memenuhi kebutuhan tanah air.

Pada awalnya jagung merupakan tanaman pangan yang menjadi sumber utama karbohidrat setelah beras. Namun, pada perkembangannya, jagung semakin banyak digunakan sebagai bahan pangan pada industri pakan ternak. Hal ini terlihat pada awal 1970-an, jagung mulai dimanfaatkan sebagai bahan pakan unggas.

Di Indonesia sendiri permintaan jagung terutama untuk pakan ternak terus meningkat dari tahun ke tahun, seiring berkembangnya industri pakan unggas. Sesuai data BPS pada periode 2002—2011, kenaikan konsumsi jagung nasional meningkat 8% per tahunnya. Pada 2014, kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak meningkat hingga 10% menjadi 14,7 juta ton dari tahun sebelumnya. Sementara, angka peningkatan produksi jagung hanya 6% per tahun.

Sudirman, Ketua Umum Asosiasi Produsen Pakan Indonesia (GPMT) mengungkapkan, pada tahun 2014 setidaknya ada lima pabrik pakan baru. Dengan begitu, dibutuhkan pasokan jagung sebagai bahan baku utamanya.

“Kebutuhan jagung yang merupakan komponen terbesar dalam industri pakan, mencapai 50 persen juga akan mengalami peningkatan cukup besar. Dengan peningkatan kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak tersebut, diperkirakan impor jagung pada 2014 akan mencapai 3 juta ton,” jelasnya.

Menurut ahli pakan ternak dan nutrisi ternak Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor, Budi Tangendjaja, demi mewujudkan peningkatan produksi jagung diperlukan sejumlah langkah yang harus ditempuh, di antaranya ekstensifikasi, perluasan areal tanam, pemanfaatan lahan nonproduktif, penerapan teknologi modern dalam berbudidaya serta penggunaan benih unggul.

“Industri peternakan masih mutlak membutuhkan jagung, dan berapa pun adanya jagung pasti diserap, seharusnya menjadi kabar positif bagi petani jagung tanah air,” papar Budi.  Hal ini berarti, mengembangkan budidaya jagung akan menjadi peluang besar bagi petani untuk mendapatkan keuntungan, dan bisa meningkatkan pendapatannya.

Sementara itu, Kepala Subdirektorat Jagung Direktorat Budidaya Serealis Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Bambang Sugiharto, mengatakan bahwa Kementerian Pertanian menargetkan produksi jagung pada 2015 bakal mencapai 20 juta ton.

“Target tahun 2014 sebesar 19,3 juta ton sudah tercapai, kami berharap ke depan naik lagi seiring target kedaulatan pangan oleh pemerintahan,” terangnya.

Untuk mengejar target tersebut, pihaknya fokus pada penggantian varietas benih jagung biasa ke hibrida. Ia menuturkan saat ini terdapat 14 juta hektar lahan jagung di Indonesia. Penggunaan varietas unggul, katanya, mampu memacu produksi panen hingga 5—10 ton per hektare.

Benih dan varietas jagung yang akan ditanam, menurut Suyamto Hardjosuwirjo, profesor peneliti dari BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Jawa Timur, merupakan salah satu faktor penentu pada keberhasilan panen jagung. Sebab, varietas akan menentukan tingkat produksi dan tingkat pengelolaan di lapangan.

Perihal benih, Suyamto menyarankan agar memilih benih jagung hibrida bersertifikat yang bermutu dari varietas dengan kualitas unggul. “Benih jagung hibrida hasil panennya jauh lebih tinggi, dan ketersediaan benih mudah didapat, bisa dibeli di kios-kios pertanian,” ungkapnya.