Pertanianku — Ditjen Perkebunan terus berupaya mendorong peningkatan produksi dan produktivitas komoditas perkebunan agar bermutu baik dan berdaya saing. Salah satu komoditas perkebunan yang tergolong menggiurkan adalah jambu mete. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor kacang mete pada 2021 mencapai 62.472.785,17 kg dengan nilai ekspor sekitar US$118.883.280,56.

“Jambu mete merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai strategis dalam pembangunan agribisnis perkebunan, manfaatnya mulai dari akar, batang, daun, biji, hingga buahnya,” terang Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, Ali Jamil seperti dikutip dari laman ditjenbun.pertanian.go.id.
Ali melanjutkan, perkebunan jambu mete juga berguna sebagai alternatif sumber pakan hijauan bagi ternak. Adapun kotoran ternak seperti sapi dapat diolah menjadi pupuk organik yang diberikan kepada tanaman jambu mete.
Kulit biji mete menghasilkan minyak mete yang dapat menjadi bahan baku untuk industri kimia, seperti cat, vernis, tinta, dan perekat. Selain itu, minyak mete juga dapat digunakan untuk membuat kanvas rem, minyak rem, dan pelumas. Pasar untuk minyak mete tergolong cukup terbuka dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Manfaat mete lainnya yang tidak kalah menakjubkan adalah dapat digunakan sebagai obat herbal. Di dalam jambu mete terkandung nutrisi penting, seperti karbohidrat, protein, asam folat, dan vitamin B3. Kandungan-kandungan tersebut dipercaya dapat menjaga daya tahan tubuh dan mencegah berbagai penyakit.
Wilayah sentra pengembangan mete di Indonesia berada di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Jawa Timur. Salah satu wilayah yang terkenal sebagai penghasil mete adalah Kabupaten Sumenep di Jawa Timur. Di wilayah ini, tanaman dapat tumbuh dengan baik, memiliki produktivitas yang tinggi, serta menjadi sumber benih mete lokal dan nasional. Di Sumenep juga ditemukan banyak usaha pengolahan mete menjadi kacang mete.
“Dalam upaya pengembangan jambu mete tentunya dihadapkan dengan berbagai tantangan, tentunya pemerintah tak tinggal diam, terus berupaya untuk meningkatkan nilai jual mete melalui pembinaan perkebunan, pendampingan, baik budidaya, pemeliharaan tanaman atau kebun, perbaikan pengolahan maupun pengemasannya serta upaya lainnya, sehingga produk hasil olahan mete memiliki nilai jual yang tinggi, mutu kualitas baik, berdaya saing, dan menarik minat pasar global, serta diharapkan mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pekebun,” pungkas Ali Jamil.