Pertanianku – Seekor kelinci bisa menghasilkan daging 50—60% per kg berat badan. Malaysia menghargai daging kelinci hingga Rp125.000 per kg. Arab Saudi pada kisaran Rp175.000—225.000 per kg, sedangkan di Indonesia hanya berada pada kisaran Rp50.000—75.000 per kg. Sebenarnya, permintaan akan daging kelinci cukup tinggi, tetapi peternak belum mampu memenuhinya. Selain itu, berdasarkan data statistik peternakan tahun 2010, diketahui bahwa dari produksi daging nasional sebesar 2,18 juta ton; daging kelinci menyumbang sebesar 100 ton atau 0,0046%.
Jika dibandingkan dengan daging ayam, daging sapi, daging domba dan daging babi; daging kelinci mengandung lemak dan kolesterol jauh lebih rendah, tetapi proteinnya lebih tinggi. Kandungan lemak kelinci hanya sebesar 8%; sedangkan daging ayam, daging sapi, daging domba, dan daging babi masing-masing 12%, 24%, 14%, dan 21%. Kadar kolesteroldaging kelinci sekitar 164 mg/100 g; sedangkan daging ayam, daging sapi, domba, dan babi berkisar 220—250 mg/100 g daging. Kandungan protein daging kelinci mencapai 21%, sementara ternak lain hanya 17—20%.
Berdasarkan kandungan nutrisinya, daging kelinci sangat baik untuk dikonsumsi sebagai daging yang sehat dan semakin luas diterima pasar. Selain diolah menjadi sate, beberapa pengusaha membuat variasi produk berbahan dasar daging kelinci, seperti abon, bakso, burger, dendeng, gulai, kornet, nugget, sate, dan sosis. Tujuan dari deferensiasi produk tersebut agar dapat dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat. Harga produk olahan berbahan dasar daging kelinci memang lebih mahal dari produk lain (misalnya nugget ayam). Harga nugget kelinci bisa menembus angka Rp60.000 per kg. Meskipun dibandrol lebih mahal, respon konsumen sejauh ini cukup lumayan.
Sumber: Buku Kelinci Potong