Pertanianku — Belut merupakan komoditas ikan konsumsi yang masih diminati oleh masyarakat, baik dalam negeri maupun luar negeri. Hal tersebut membuat potensi pasar belut masih sangat menjanjikan bagi para peternak belut. Bahkan, kebutuhan dalam negeri sendiri masih belum bisa dipenuhi dari hasil budidaya, sebagian lainnya masih mengandalkan tangkapan alam.

Memanfaatkan belut tangkapan alam yang berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem karena populasi belut di alam menjadi berkurang. Di tengah kurangnya pasokan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, ada beberapa pedagang yang tetap menjadi eksportir belut untuk beberapa negara. Hal ini membuat peluang potensi pasar belut semakin besar.
Besarnya potensi pasar komoditas ini membuat para penangkap, penangkar, dan pedagang belut mudah untuk menentukan pasar mana yang akan dituju. Berikut ini ulasan lebih detail mengenai pasar penjualan belut yang dapat dipilih.
Pasar lokal
Beberapa kota besar di Indonesia menjadi potensi pasar lokal yang menjanjikan seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta. Untuk daerah Jabodetabek, kebutuhan belut tiap bulannya mencapai 30—35 ton. Sementara, untuk Malang dan Surabaya per bulannya mencapai 15—20 ton. Solo, Klaten, dan Semarang tiap bulannya mencapai 12—15 ton. Yogyakarta dan Magelang tiap bulannya mencapai 20—25 ton.
Untuk Kota Sukabumi dan jalur Pantura penghubung Jawa Barat dan Jawa Tengah tiap bulannya membutuhkan 20—25 ton. Dari seluruh pasar lokal yang bisa dituju oleh peternak belut, Jabodetabek menjadi pasar terbesar. Namun, dari seluruh kebutuhan belut yang ada, baru 45 persen bisa dipenuhi permintaannya.
Pasar ekspor
Saat ini pasar dunia paling tidak membutuhkan belut setiap minggunya sebesar 5.000 ton. Permintaan tersebut mayoritas berasal dari negara-negara Asia seperti Malaysia, Cina, Taiwan, Korea, dan Singapura. Namun, permintaan belut juga datang dari Benua Eropa secara rutin. Adapun permintaan belut yang diinginkan cukup bervariasi. Biasanya, Belgia menginginkan belut berukuran 100—200 gram/ekor, sedangkan Jepang berukuran 180—220 gram/ekor.
Jika ingin menuju pasar dunia, Anda harus mengikuti permintaan dari tiap-tiap negara agar belut Anda dilirik. Budidaya belut memudahkan Anda menjadi pemasok rutin serta dapat menentukan besaran belut yang dipanen dibanding mengandalkan tangkapan alam yang sangat bergantung pada kondisi lingkungan serta populasi di alam.