Pertanianku – Peternakan Kado di Indonesia yang masih berskala kecil, sebaiknya diusahakan secara komersial. Hal itu perlu karena adanya pertumbuhan penduduk sekitar 1,234% dan kenaikan tingkat daya beli masyarakat. Kebutuhan daging selama ini belum mencukupi permintaan yang mencapai 400.000 ton per tahun. Dengan demikian, negara kita masih mengandalkan impor daging. Adanya permintaan ternak Kado hidup dari Arab Saudi pada bulan haji (Idul Adha) dalam jumlah yang banyak, membuat prospek usaha ternak Kado ini semakin bagus.
Selain pertimbangan di atas, ternak Kado juga mempunyai potensi ekonomi yang baik. Potensi ekonomi ternak Kado antara lain sebagai berikut.
1) Kado mempunyai badan yang relatif kecil serta pertumbuhan yang cepat sehingga produksinya lebih tinggi.
2) Modal usaha (uang) cepat berputar karena pemasarannya mudah.
3) Ternak Kado tidak memerlukan lahan yang luas, apalagi dapat dilakukan kemitraan dengan pihak pengadaan pakan hijauan.
4) Ternak Kado suka bergerombol sehingga dalam hal tenaga kerja, sistem pengembalaan akan lebih efisien.
5) Proses perkembangbiakan Kado dapat diatur (terpola) karena penjadwalan birahi/estrus dari induk betina dapat diatur.
6) Skala usaha pembibitan Kado yang dianjurkan adalah 8—12 ekor induk dengan harapan setiap kali melahirkan akan diperoleh anak sapih sekitar 12—18 ekor.
Dalam usaha induk untuk menghasilkan bakalan, dapat diterapkan sistem inseminasi buatan pada Kado. Dalam sistem ini, jumlah pejantan yang diperlukan hanya sedikit. Kalau biasanya untuk 30—50 ekor induk diperlukan enam ekor pejantan, dengan sistem inseminasi buatan hanya dibutuhkan satu ekor pejantan.
Sumber: Buku Teknik Pembibitan Kambing dan Domba