Pertanianku – Kopi yang diproduksi oleh pencernaan hewan luwak memang hanya ada di Indonesia. Namun ternyata, seorang pria asal Brazil berhasil membuat kopi dari kotoran burung langka yang bernama jacu.

Kopi dari kotoran burung jacu ini ditemukan oleh Henrique Sloper dan diproduksi di perkebunan Espirito Santo, Pedra Azul.
Henrique sendiri mengaku kalau dirinya terinspirasi setelah mencicipi kopi luwak saat tinggal di Indonesia. Kopi camocim dari kotoran burung jacu ini dihargai sebesar US$ 3.250 (Rp1,4 juta) per 60 kilogram.
Henrique Sloper telah berhasil mengubah kotoran burung menjadi harta karun, dan para pekerjanya disuruh untuk mencari kotoran burung jacu.
Proses produksi camocim mencakup pemetikan dengan tangan dan pemanggangan masing-masing varietas dari kopi organik untuk memastikan kualitas dan rasa terbaik. Teknik tradisional yang mahal yang digunakan hanya 1,1 persen petani yang memproduksi kopi terbesar di dunia. Burung jacu menambahkan hal baru dan lain dari yang lain.
Setelah pengumpulan, masing-masing biji harus diambil dari kotoran dengan tangan dan dicuci. Proses seleksi alam ini, diamati dari fakta bahwa jacu juga pemakan tumbuhan dan pencernaan cepat seperti kacang-kacangan tidak terkontaminasi oleh protein hewani dan asam lambung (tidak seperti musang Indonesia). Itulah mengapa rasanya begitu halus.
Jadi bagaimana rasanya?
“Ini adalah rasa yang unik dan pedas dengan nuansa manis,” terang Sloper, seperti dilansir dari Modern Farmer.