Pertanianku – Kalkun merupakan salah satu jenis unggas yang bernilai ekonomis cukup tinggi. Meski tingkat konsumsinya tak sebanyak ayam broiler atau ayam kampung, kalkun memiliki nilai jual jauh lebih tinggi bahkan hingga empat kali lipat daripada ayam broiler.
Tingginya harga jual kalkun di pasaran tersebut pun akhirnya “ditangkap” oleh Iwan Suryolaksono sebagai peluang usaha alternatif di tengah sengitnya persaingan usaha beternak ayam potong.
Pangsa pasar yang cukup potensial dan peluang yang masih terbuka lebar membakar semangat Iwan untuk terus maju melakukan ternak kalkun. Tren mengonsumsi kalkun di Kota Bandung yang kini mulai digandrungi oleh kalangan papan atas juga menjadi dorongan Iwan memberanikan diri membuka peternakan kalkun pada pertengahan 2013. Untuk memulai usaha tersebut, Iwan berbekal pengetahuan dunia peternakan yang ia dapatkan secara otodidak.
“Bagi saya yang orang awam, beternak kalkun itu bukan perkara mudah karena kalau salah manajemen perawatan kalkun bisa berhadapan dengan kematian langsung, berbeda dengan ayam potong yang biasanya didahului oleh sakit,” ungkap Iwan.
Pentingnya memiliki ilmu sebelum memulai ternak kalkun, lanjut Iwan, tak lain untuk menghindari kerugian. Pasalnya, untuk mendapatkan DOC kalkun dengan gen murni merupakan hal yang cukup menyulitkan. Selain belajar beternak kalkun dengan keluarga, Iwan juga kerap berbagi informasi dengan peternak kalkun yang sudah lebih berpengalaman.
Saat memulai usaha ternak kalkun, setidaknya Iwan harus merogoh kocek Rp6 juta sebagai modal awal yang ia ambil dari saku pribadinya untuk mendatangkan 50 ekor DOC kalkun usia 1 bulan. DOC ini ia dapatkan dari sentra ternak kalkun di Magelang, Jawa Tengah.
Pada tahap awal, Iwan memanfaatkan pekarangan rumah mertuanya seluas 20 m² di kawasan Cihanjuang untuk mendirikan kandang semi permanen bermaterial bamboo, konsep rumah panggung.
Lalu pada 2015, Iwan melakukan ekspansi usaha dengan membeli 3 hektare lahan di bilangan Soreang, Kabupaten Bandung Barat. Ia mendirikan kandang kalkun dengan skala lebih besar di atas lahan 600 meter dengan menerapkan sistem manajemen pemeliharaan yang lebih baik. Iwan mendirikan kandang dengan model bangunan yang berbeda, dimana kalkun bersentuhan langsung dengan tanah yang sudah dilapisi pasir zeolite.
Iwan menambahkan, untuk beternak kalkun setidaknya harus memahami kondisi anatomi atau fisik kalkun itu sendiri. Sebab, salah satu perbedaan, kelebihan sekaligus kekurangan yang menonjol dari kalkun ialah kondisi fisiknya. Dengan mengetahui kondisi fisik kalkun yang notabene berbeda dengan ayam potong, tentunya dapat menghindari kematian pada kalkun.