Pertanianku – Seperti yang kita ketahui, permintaan ikan lele sangkuriang kini semakin tinggi di pasaran. Inilah yang mendorong Retno Hadi merintis usaha pembenihan ikan lele yang berlokasi di Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Saat ini, Hadi biasa ia disapa, telah memiliki 40 kolam benih lele sangkuriang.
Menurut Hadi, ia memilih usaha pembenihan dibanding pembesaran lele karena usaha pembenihan hanya memerlukan waktu sekitar 6 minggu sudah bisa panen. Jadi biaya produksinya pun sedikit. Selain itu bisa dilakukan di lahan terbatas. Hadi cukup membuat kerangka dari kayu, lalu menutupnya dengan plastik atau terpal, alhasil kolam sudah bisa digunakan. Selain itu, lele yang berasal dari kolam terpal terbukti tidak berbau lumpur sehingga lebih disukai pedagang ataupun konsumen.
“Bagi yang ingin berbisnis lele dan tidak memiliki lahan yang memadai, tidak perlu khawatir, cara ini dapat dilakukan, saya pun juga menggunakan cara seperti ini,” kata Hadi
Menurut Hadi pembenihan lele ini tidak memerlukan persyaratan lokasi, baik tanah maupun air yang spesifik. Lahan yang ia pakai adalah lahan di sekitar pemukiman warga. Sumber airnya pun Hadi menggunakan air dari mata air setempat. Lele sangkuriang memiliki kelebihan bisa hidup pada kolam yang memiliki kepadatan cukup tinggi sehingga dapat dibudidayakan di lahan yang terbatas. Selain itu, lele mampu hidup dalam kondisi oksigen yang tinggi dan kadar amoniak tinggi (aminofilik). Padat tebar benih lele di kolam terpal milik Hadi sekitar 100—300 ekor per m².
Selain itu, menurut Hadi hal lain yang perlu diperhatikan dalam budidaya benih lele ini adalah parameter kualitas air. Kualitas air yang baik adalah suhu berkisar 22—32° C, pH air ideal berkisar 6—9, dan oksigen terlarut dalam air > 1 mg/liter.
“Lele itu sensitif terhadap pH, jadi sebisa mungkin kita harus menjaga kualitas air,” tutur Hadi.
Budidaya yang Hadi lakukan termasuk budidaya yang sederhana dan tak seribet budidaya biasanya. Kolamnya menggunakan konsep air tenang, tanpa aerasi (suplai okgisen dengan mesin aerator), hanya mengandalkan oksigen bebas.
Hadi pun memberi perlakuan tambahan yang tak biasa untuk benih lele budidayanya, yaitu dengan memberi ramuan herbal untuk menjaga kualitas air dan mencegah penyakit. Menurutnya ramuan itu sangat berguna, dan buktinya lele yang ia budidaya tak pernah membuatnya mengalami kerugian. Namun, Hadi enggan menyebutkan lebih lanjut bahan-bahan yang terkandung dalam ramuan tersebut.
Dengan mengadopsi teknik budidaya lele yang sederhana tersebut, sedikitnya tiap bulan Hadi mampu memanen benih lele sebanyak 100.000 ekor dengan pencapaian omzet sekitar Rp15—Rp20 juta.