Pertanianku — Produksi kopi robusta yang berada di Lampung pada tahun ini mengalami penurunan yang sangat signifikan, yakni mencapai 70 persen. Hal tersebut diungkapkan oleh Asosiasi Suplier Kopi Lampung (ASKL). Sentra perkebunan kopi di Lampung terdapat di Kabupaten Lampung Barat, Way Kanan, Lampung Utara, dan Tanggamus.

“Selain itu, kualitas biji kopi juga yang sangat rendah,” jelas Ketua ASKL Mulyadi di Bandar lampung, seperti melansir Antara (13/9).
Akibat anjlok dan rendahnya kualitas biji kopi membuat nilai ekspor pun menurun drastis mengingat mutu dan volume tidak dapat memenuhi permintaan luar negeri. Ia menjelaskan saat ini biji kopi robusta Lampung hanya dijual secara lokal kepada sejumlah perusahaan kopi.
Menurut Mulyadi, ketiga perusahaan tersebut sangat membantu para petani yang saat ini mengalami masa-masa suram panen kopi dengan membeli kopi petani seharga Rp25.000—Rp26.500 per kilogram (kg).
Lebih lanjut ia menjelaskan meskipun harga tersebut cukup membantu, dirasakan masih belum mencukupi oleh para petani karena volume panen sangat kurang. Sebab, dari satu hektare lahan kopi hanya menghasilkan 1—1,5 kuintal biji kopi. Padahal, produksi kopi Lampung mencapai di atas 1 ton per hektare
Ketua ASKL itu menjelaskan anjloknya produksi kopi Lampung itu tak hanya karena faktor cuaca pada tahun lalu, yakni hujan dengan intensitas cukup tinggi sehingga merusak bakal buah biji kopi.
Faktor lainnya banyak lahan yang menggunakan pestisida kimia dan kurangnya sosialiasi dari pemerintah daerah mengenai cara budidaya kopi yang baik dan benar sehingga hasilnya bisa stabil dari musim ke musim.
Untuk membantu para petani kopi, pihaknya pada 2018 akan mulai membina petani mengenai cara pemeliharaan lahan agar kembali subur dan memastikan pupuk, terutama pupuk bersubsidi dari pemerintah, dapat sampai ke tangan petani.