Produksi Padi dan Jagung Surplus di 2018

Pertanianku — Direktur Jenderal Tanaman Pangan Sumarjo Gatot Irianto mengatakan bahwa Kementerian Pertanian (Kementan) berhasil mencapai target peningkatan produksi padi dan jagung yang dicanangkan pemerintah. Hal tersebut dinyatakan berdasarkan data secara nasional sepanjang 2018.

produksi padi dan jagung
Foto: Pixabay

Melansir laman Kementerian Pertanian, Gatot menyampaikan bahwa produksi padi pada 2018 mencapai 83,04 juta ton GKG atau setara dengan 48,3 juta ton beras. Angka ini tercatat masih surplus dibandingkan dengan angka konsumsi sebesar 30,4 juta ton beras. Begitu juga dengan jagung, pada periode yang sama produksinya mencapai 30,05 juta ton PK, sedangkan perhitungan kebutuhan sekitar 15,58 juta ton PK.

“Secara nasional selama setahun di 2018 bisa disimpulkan bahwa surplus padi dan jagung sudah bisa kita capai,” ungkap dia. “Namun, tentu jika diturunkan datanya spesifik per daerah dan periode tertentu ada yang kekurangan, tapi bisa ditutupi dari daerah lain yang punya kelebihan produksi. Hal ini akan sangat terkait dengan masalah distribusi,” lanjutnya.

Menurutnya, keberhasilan tersebut merupakan hasil dari pelaksanaan Upaya Khusus Padi Jagung dan Kedelai (Upsus PJK) sejak 2015. Sejak dilaksanakannya, Upsus PJK mampu meningkatkan luas tanam padi secara tajam sebesar 2 juta hektare, dari 14 juta hektare pada 2014 menjadi 16 juta hektare pada 2018.

“Dengan perbaikan prasarana dan sarana, penanganan pascapanen dan pengamanan produksi, produksi 2019 diproyeksikan akan meningkat lebih tinggi lagi dibanding 2018,” terang Gatot.

Potensi tambahan produksi 2019 berpeluang besar di antaranya melalui pengembangan padi di lahan rawa pasang surut/rawa lebak, pemanfaatan lahan kering untuk padi, jagung, dan kedelai. Selain itu, melalui pengembangan budidaya tumpang sari, perbaikan teknologi benih, pupuk, budidaya, dan penanganan pascapanen, dan pengamanan produksi dari gangguan OPT.

Perluasan areal tanam program SERASI (Selamatkan Rawa, Sejahterakan Petani) misalnya, ditargetkan bisa memperluas lahan rawa pasang surut dan lebak sebesar 500.000 hektare terutama di Provinsi Kalsel dan Sumsel. Diharapkan adanya program SERASI di rawa dapat meningkatkan indeks pertanaman dan mengembangkan korporasi petani.

“Dengan adanya program ini kita upayakan pertanaman di lahan rawa menjadi 2 kali dalam setahun dari sebelumnya yang hanya satu kali,” tukas Gatot.

Selain di rawa, perluasan areal tanam juga dilakukan melalui pengembangan padi di lahan kering, di antaranya dengan budidaya tumpangsari. Pada 2019, program tersebut ditargetkan perluasan areal tanam mencapai 1,05 juta hektare atau setara luas pertanaman 2,1 juta hektare. Dari sisi pendapatan pun, budidaya tumpangsari bisa memperoleh keuntungan lebih besar daripada budidaya monokultur.