Produktivitas Benih Inpari 36 Capai 9,6 Ton per Hektare

Pertanianku — Benih padi varietas Inpari 36 sudah dipanen pertama kali oleh Kelompok Tani Massengereng II, Desa Lompulle, Kecamatan Ganra, Kabupaten Soppeng. Produktivitas benih Inpari 36 tersebut mencapai 9,6 ton per hektare, lebih tinggi 2,2 ton per hektare dari varietas padi yang biasa digunakan oleh petani, yaitu Mekongga.

inpari 36
foto: pixabay

Poktan Massengereng II menanam benih Inpari 36 didampingi oleh Loka Penelitian Penyakit Tungro (Lolittungro) sejak Juni 2020. Kegiatan pendampingan tersebut bertujuan mengatasi permasalahan para petani di daerah setempat terkait ketersediaan benih bersertifikat saat awal musim tanam.

Selain itu, kegiatan pendampingan tersebut juga bertujuan menciptakan desa mandiri benih sehingga petani di Desa Lompulle tidak mengalami kesulitan mendapatkan benih padi yang bersertifikat ketika memasuki musim tanam. Petani sudah bisa menggunakan benih bersertifikat dari benih yang dihasilkan secara mandiri tanpa bergantung pada penghasil benih di luar desa.

“Berkat pendampingan ini, petani sudah bisa memproduksi benih sendiri, selanjutnya petani di Desa Lompulle, Kecamatan Ganra, Kabupaten Soppeng sudah bisa dikatakan mandiri dalam mengatasi ketersedian benih. Benih tersebut bisa didaftarkan di BPSP setempat untuk sertifikasi benih, selanjutnya benih padi bisa juga dijual untuk umum karena sudah memiliki sertifikat benih,” jelas Dr. Fausiah T. Ladja seperti dikutip dari litbang.pertanian.go.id.

Agus Salim, salah satu petani yang mendapatkan bimbingan tersebut mengaku puas atas hasil panen Inpari 36 yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas yang biasa digunakan. Meskipun umur tanaman lebih lama.

“Varietas Inpari 36 umur tanamannya lebih lama, tapi bukan suatu masalah karena hasilnya cukup tinggi dan tahan terhadap penyakit tungro, untuk musim tanam berikutnya akan tanam kembali dengan menggunakan varietas Inpari 36,” papar Agus.

Kepala Balitbangtan, Fadrjy Djufry, menyampaikan bahwa pembinaan dan pemberdayaan petani melalui kelompok tani menjadi Desa Mandiri Benih (DMB) masih terus dikembangkan untuk menciptakan petani yang andal dalam menangkar benih. Petani yang memiliki pengetahuan memadai untuk menghasilkan benih.

Ketika petani sudah mampu memiliki kemampuan menghasilkan benih sendiri, penyediaan benih unggul yang bersertifikat di tingkat desa atau wilayah bisa dipenuhi secara mandiri.