Proses Fermentasi untuk Energi Biogas

Pertanianku – Proses fermentasi mengacu pada berbagai reaksi dan interaksi yang terjadi di antara bakteri metanogen dan non-metanogen serta bahan yang diumpankan ke dalam digester sebagai input. Ini adalah phisiokimia yang kompleks dan proses biologis yang melibatkan bebagai faktor dan tahapan bentuk. Penghancuran input yang merupakan bahan organik dicapai dalam tiga tahapan, yaitu (a) hidrolisa, (b) acidification, dan (c) methanization.

Proses Fermentasi

Energi biogas sangat potensial untuk dikembangkan. Pertama, produksi biogas dari kotoran peternakan sapi, misalnya, ditunjang oleh kondisi yang kondusif karena perkembangan peternakan sapi di Indonesia. Kondisi yang demikian sangat mendukung ketersedian bahan baku secara kontinu dalam jumlah yang cukup untuk memproduksi biogas. Kedua, regulasi di bidang energi seperti kenaikan tarif listrik, kenaikan harga LPG (Liquefied Petroleum Gas), premium, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel, dan minyak bakar telah mendorong pengembangan sumber energi alternatif yang murah, berkelanjutan, dan ramah lingkungan.

Persamaan kimia (Gambar 1) menunjukkan bahwa banyak produk, hasil samping dan produk antara dihasilkan pada proses pencernaan input dalam kondisi anaerobik sebelum produk akhir (metana) diproduksi. Secara jelas, banyak faktor yang memfasilitasi dan menghambat telah memainkan peranan dalam proses Beberapa faktor tersebut, antara lain (a) nilai pH, (b) suhu, (c) laju pengumpanan, (d) waktu retensi, (e) toxicity dan (f) sludge.

Peternak sapi di Indonesia rata-rata memiliki 2—5 ekor sapi dengan lokasi yang tersebar. Kondisi demikian menyebabkan penanganan limbah kotoran ternak sulit dilakukan secara terintegrasi dengan sistem pertanian. Penanganan limbah yang baik sangat penting karena dapat memperkecil dampak negatif terhadap lingkungan, seperti polusi tanah, air, udara dan penyebaran penyakit menular. Pada umumnya peternak menangani limbah secara sederhana, seperti membuat kotoran ternak menjadi kompos maupun menyebarkan secara langsung di lahan pertanian. Oleh karena itu, pemanfatan kotoran ternak menjadi biogas diharapkan dapat memberikan nilai tambah pada usaha peternakan.

 

Sumber: Buku Paduan Praktis Biogas