Pertanianku — Salah satu proses penting pada budidaya gaharu adalah inokulasi atau penyuntikan. Teknik inokulasi bertujuan menimbulkan aroma harum mewangi pada gubal gaharu sehingga pohon harus disakiti terlebih dahulu. Inokulasi pohon gaharu dapat dilakukan secara tradisional ataupun modern. Berikut ini penjelasan proses inokulasi pada pohon gaharu.

Cara tradisional
Proses inokulasi pohon gaharu secara tradisional dapat dilakukan menggunakan paku karat/behel bekas/jeruji motor/sepeda dengan memakunya di tempat yang diharapkan timbul gubal. Inokulasi dilakukan dengan mencelupkan paku karat yang sudah dibakar ke cuka getah, lalu dipakukan. Setelah 21–40 hari, paku tersebut dicabut, kemudian diisi dengan minyak atau minyak gaharu, lalu tutup dengan lilin atau tanah lempung.
Cara tradisional lain yang dapat dilakukan adalah dengan menancapkan pasak dari bambu atau kayu. Pasak ditancapkan dengan jarak antarpasak yang disesuaikan dengan kebutuhan. Selanjutnya, pasak dibiarkan selama enam bulan. Setelah itu, dicek, apakah muncul gubalnya. Bila sudah muncul, gubal dapat diambil secara bertahap.
Cara selanjutnya untuk melukai tanaman penghasil gaharu ialah menggunakan oli yang dicampur gula merah atau cuka getah. Pohon gaharu dibor, kemudian dimasukkan campuran oli, lalu ditutup. Biasanya, dalam enam bulan atau lebih, pohon akan mati dan timbul gubal jenis kemendangan tebu.
Cara terakhir yang sering dilakukan adalah membacok pohon di bagian batang ataupun cabang. Setelah itu, dibiarkan selama enam bulan hingga satu tahun. Nantinya, di bekas bacokan akan muncul gubal yang dapat dipanen secara bertahap.
Cara modern
Teknik inokulasi dengan cara modern sebaiknya dilakukan pada tanaman yang sudah berbuah, sekitar umur 5–7 tahun. Sistem pengeboran yang dapat dipakai di antaranya vertikal dengan sudut 80–90, horizontal dengan sudut 30–45, serta campuran antara vertikal dan horizontal.
Cara modern meliputi beberapa tahap, di antaranya pembuatan tower, pengeboran, pemasukan inokulen, penutupan, dan pengontrolan.