Pertanianku – Induk gurami akan melakukan pemijahan pada waktu yang tidak ditentukan, bahkan pemijahannya bisa berlangung setiap saat. Apabila pada saat itu kedua induk siap dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk memijah, proses pemijahan akan belangsung pada saat itu juga.
Apabila kedua induk telah siap untuk memijah, induk jantan akan mencari tempat yang aman dan tenang untuk membuat sarang sebagai tempat penyimpanan telur. Induk jantan akan membuat sarang dengan memungut bahan sarang yang telah disiapkan. Sarang yang dibuat oleh induk jantan biasanya berbentuk bulat seperti sarang burung. Telur-telur yang dikeluarkan oleh indk betina nantinya akan diletakkan di dalam sarang tersebut.
Kerangka sarang, seperti sosog, yang telah disiapkan di pinggir kolam tidak menjamin akan digunakan sebagai tempat sarang. Apabila tempat yang telah disiapkan tersebut dirasakan kurang tenang, tak jarang induk jantan akan membuat sarang di bagian tengah kolam atau justru di samping sosog yang telah disiapkan. Oleh karena itu, di kolam pemijahan ini harus disiapkan tempat sarang sebanyak mungkin untuk menghindari pembuatan sarang liar oleh induk. Sarang yang dibuat di luar tempat yang telah disiapkan dikhawatirkan akan mudah rusak karena tidak ada tempat untuk menopang.
Apabila sarang rusak, telur akan berhamburan dan melayang-layang di permukaan kolam. Induk yang akan memijah biasanya akan saling berkejar-kejaran terlebih dahulu. Selanjutnya kedua induk akan saling berdampingan.
Apabila pasangannya sudah siap melangsungkan pemijahan, induk jantan akan membuat sarang. Setelah sarang terbentuk, proses pemijahan akan segera berlangsung. Kedua induk akan melekukkan badannya lalu saling melilit. Setelah itu, induk betina akan mengeluarkan telur. Telur akan berhamburan dan melayang-layang di air. Induk jantan akan memungut telur-telur tersebut dengan mulutnya kemudian memasukkannya ke dalam sarang. Cara memasukkan telur ke dalam sarang dilakukan secara bertahap. Telur yang pertama keluar dari induk betina akan diletakkan dalam sarang kemudian ditutup dengan bahan sarang. Telur yang keluar selanjutnya dimasukkan kembali ke dalam sarang lalu ditutupi lagi oleh bahan sarang. Kejadian tersebut akan dilakukan seterusnya oleh induk jantan sehingga akan terbentuk sarang dengan komposisi lapisan telur dan bahan sarang.
Setiap induk betina akan memiliki sebuah sarang telur. Dalam satu kali periode peneluran, seekor induk betina dapat menghasilkan 2.000—4.000 butir telur dan dalam satu tahun seekor induk betina akan bertelur 2—3 kali, tergantung kondisi induk dan lingkungan. Telur di dalam sarang akan dibuahi oleh induk jantan dengan cara menyemprotkan spermanya ke telur-telur tersebut.
Sarang yang telah berisi telur dapat ditandai dengan kondisinya yang tertutup. Untuk memastikan bahwa sarang tersebut berisi telur dapat dilakukan dengan menusuk sarang tersebut dengan lidi. Jika lidi yang ditusukkan ke dalam sarang tersebut mengandung minyak atau muncul minyak dari dalam sarang ke permukaan air, bisa dipastikan sarang tersebut telah terisi telur. Lapisan minyak tersebut berasal dari telur-telur yang pecah.
Sebagian petani lebih banyak memanen sarang tersebut untuk memindahkan telur ke tempat yang lebih aman dan lebih terjamin kondisi lingkungannya, misalnya ember plastik atau kolam khusus. Namun, ada juga petani yang membiarkan sarang tersebut sampai telur-telur menetas dengan sendirinya.
Sumber: Buku Usaha Pembenihan Gurami