Proses Perkawinan Pada Kambing

Pertanianku – Pola perkawinan dalam produksi kambing dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu individual dan kelompok. Dalam pendekatan pola perkawinan individual, seekor induk dikawinkan satu per satu dengan pejantan terpilih yang telah ditetapkan sebagai pemacek. Pengamatan masa birahi pada pola perkawinan ini perlu dilakukan secara cermat untuk memastikan induk akan kawin saat yang paling optimal (setelah ovulasi). Tingkat keberhasilan perkawinan induk dalam pola perkawinan individu ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan peternak dalam mendeteksi waktu birahi induk. Oleh karena itu, perlu melakukan pengamatan pagi dan sore hari. Biasanya pejantan dibiarkan melakukan perkawinan paling tidak sebanyak dua kali dalam selang waktu setengah jam.

Proses Perkawinan Kambing

Dalam pola perkawinan kelompok, pejantan terpilih dicampur dengan beberapa ekor induk dalam kurun waktu tertentu sampai induk mengalami kebuntingan. Pejantan terpilih disarankan dicampur dengan kelompok betina selama dua siklus birahi, yaitu selama 42—45 hari. Alasannya, jika pada siklus birahi pertama ternyata tidak terjadi perkawinan, diharapkan pada siklus birahi kedua perkawinan tidak akan terlewatkan. Dengan demikian, kepastian kebuntingan ternak lebih terjamin. Pola ini juga dapat mempersempit rentang waktu melahirkan antara individu induk sehingga mendekati waktu beranak yang lebih seragam. Setelah memastikan bahwa induk telah bunting (dapat diduga dari tidak munculnya tanda birahi pada induk), pejantan disarankan dikeluarkan dari kandang induk.

Deteksi masa birahi pola perkawinan kelompok dilakukan oleh pejantan dan biasanya jarang yang terlewatkan. Namun, deteksi birahi oleh peternak dalam pola ini tetap memiliki arti manajemen yang penting. Tujuannya untuk mengetahui atau memprediksi waktu melahirkan. Dengan demikian, masa kebuntingan dan waktu melahirkan dapat dikelola dan dipersiapkan dengan lebih terencana.

Perkawinan yang baik biasanya ditandai dengan gerakan induk yang menekan/menurunkan ekor dan bagian belakang tubuh ke arah bawah dengan kuat selama kira-kira 20 detik. Pejantan yang terus bercampur dengan induk dapat mengalami penurunan libido atau agresivitas terhadap betina estrus. Dalam sistem perkawinan, baik individual maupun kelompok, rasio pajantan/induk dapat mencapai 1 : 20—30 jika kondisi pejantan sangat baik.

 

Sumber: Buku Bisnis Pembibitan Kambing