Pertanianku — Prospek bisnis gula semut sebagai komoditas strategis nasional layak diperhitungkan. Hal ini karena sektor industri gula dalam beberapa tahun belakang menunjukkan peningkatan. Terlihat dari permintaan terhadap gula, baik dalam skala lokal maupun internasional.

Sutriyana, Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Tiwi Manunggal, menyebutkan ada lebih dari 600 karung dalam bentuk kemasan (sak) yang berhasil terjual ke berbagai daerah seperti Yogyakarta, Jakarta, Bengkulu, dan Bali. Omzet penjualan ini sekitar Rp20 juta per bulannya.
“Saat ini kita masih menyiapkan pesanan ekspor dalam bentuk curah kurang lebih 70 kilogram per sak. Selain itu, waktu ini kami juga sedang mencoba memasarkannya ke hotel-hotel Yogya dan daerah lainnya dalam bentuk stick,” papar Sutriyana.
Menurut Sutriyana upaya persiapan ekspor yang dilakukan salah satunya dengan menyiapkan produksi yang 60 persennya untuk pasar Jerman, Kanada, dan kawasan Asia khususnya Jepang. Sementara, pasar Eropa, sedang dipersiapkan untuk ekspor ke Prancis.
“Saat ini kami sedang siapkan kemasan khusus luar negeri dengan poin tanpa perantara. Tapi itu semua masih dalam proses pembelajaran agar pada saat pengiriman tidak ada kesalahan dan mengecewakan,” tuturnya.
Sutriyana sudah menjalin kerja sama dengan 750 petani gula dari wilayah Kokap, Kulonprogo untuk memenuhi pangsa pasar yang dituju. Upaya ini menjadi salah satu misi KUB dalam membantu mensejahterakan para petani gula.
“Tahun 2015 kita hanya merangkul 300 petani. Kemudian pada tahu 2017 kami merangkul 750 petani. Tahun ini kita targetkan untuk merangkul semua petani agar semua dapat merasakan kesejahteraannya,” kata Sutriyana.
Menurut Sutriyana, para petani yang tergabung dalam produksi gula untuk ekspor ini telah mendapatkan sertifikat organik dengan skala nasional. Dan, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) juga telah memberikan bantuan sebesar Rp50 juta kepada para petani tersebut pada 2012 lalu. Salah satu bantuan yang diberikan Kementan adalah mesin oven dan timbangan untuk bagian produksi.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Bambang, menyebutkan sudah 17 investor yang berminat membangun pabrik gula di enam lokasi dengan target produksi 140 ton per hektare. Nilai investasi ini diperkirakan mencapai Rp41,44 triliun.
“Tahun lalu kan 2,2 juta ton targetnya sekarang 3,8 juta ton. Nah, inilah salah satu caranya dalam meningkatkan produksi. Sekarang, posisinya baru pembenihan di kebun tebu. Jadi, kalau sepanjang kebutuhan air, pupuk, dan bibit yang bagus dipenuhi tentu saja produktivitasnya meningkat,” jelas Bambang.