Pertanianku — Permintaan minyak cengkih terus melonjak, demikian pula dengan harganya. Akan tetapi, para penyuling kesulitan meningkatkan produksi karena keterbatasan bahan baku. Maka dari itu, bisnis minyak cengkih memiliki prospek yang cukup cerah untuk dilakoni.

“Banyak pohon yang sudah tua sehingga daunnya sedikit. Berapa pun daun yang ada, akan saya ambil,” kata Sugiharto, penyuling di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, mengutip Majalah Trubus.
Selama dua tahun ini diakuinya cukup sulit mendapatkan bahan baku untuk minyak cengkih. Padahal, dulu ia cukup mencari daun di sekitar kecamatan karena nyaris setiap warga membudidayakan tanaman anggota keluarga Mirtaceae itu.
Akan tetapi, kini banyak tanaman cengkih Syzigium aromaticum milik warga yang menua, serta banyak pula yang sudah ditebang. Oleh karena itu, ia terpaksa mencari bahan baku di daerah lain.
Sementara itu, penyuling lain, yakni Sugito, juga mengalami hal yang sama. Ia kesulitan mencari bahan baku karena banyak pekebun yang enggan merawat tanamannya sehingga tanaman menua dan produksi daun pun jadi kurang optimal.
Para penyuling sejatinya hanya memanfaatkan daun kering yang luruh dari ranting. Tanpa pengolahan, daun-daun yang menjadi kerabat jambu air itu hanya menjadi serasah. Sugiharto menuturkan, penyuling mengumpulkan daun yang gugur secara alami.
Sebagai gambaran, pohon berumur 10 tahun menggugurkan daunnya hingga 15 kilogram per bulan pada musim kemarau. Oleh karena itu, di sentra cengkih, peluang menyuling daun sangat besar. Seiring penambahan umur pohon, maka jumlah daun yang gugur pun kian banyak.
Menurut Direktorat Jendral Perkebunan sentra cengkih tersebar di berbagai area. Selain daun, bagian tanaman cengkih lainnya seperti bunga dan tangkai juga potensial menjadi minyak asiri.