Pertanianku – Permintaan telur itik segar maupun olahan semakin meningkat, baik di dalam negeri maupun ekspor. Di Asia, negara pengekspor produk itik saat ini adalah Taiwan, Cina, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Negara tujuan ekspornya adalah Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura. Untuk pasar dalam negeri sendiri masih terbuka lebar, terutama untuk lauk (nasi goreng, soto, dan rawon), bahan pembuat roti, martabak, dan untuk produk olahan lainnya. Hal ini terbukti dengan terserapnya seluruh telur itik yang diproduksi tanpa ada perubahan harga yang signifikan.
Pada saat ini, pangsa pasar telur itik dunia dikuasai oleh negar Taiwan, Thailand, dan Malaysia. Negara tersebut menjadi pemasok terbesar telur itik ke negara-negara pengimpor seperti Singapura, Jepang, Amerika Serikat, dan Timur Tengah. Indonesia mengekspor telur itik ke Singapura melalui Batam dari Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Riau. Oleh karena itu, provinsi yang berdekatan dengan Singapura, perkembangan usaha itik petelur juga menunjukkan peningkatan yang berarti melalui peningkatan skala usaha dan tumbuhnya usaha baru.
Untuk pangsa pasar dalam negeri, kebutuhan telur itik terus meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan produksi telur itik di beberapa provinsi cenderung meningkat, terutama di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, dan NAD. Produksi telur itik di setiap provinsi juga dikirim ke provinsi lain, selain untuk memenuhi kebutuhan di provinsi bersangkutan. Misalnya telur dari Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah dikirim ke Jakarta. Produksi telur dari Jawa Timur sebagian dikirim ke Denpasar dan kawasan timur Indonesia.
Produksi telur dari Sumatera Utara dan Sumatera Selatan sebagian dikirim ke Batam. Perkembangan teknologi pengolahan telur itik juga turut meningkatkan permintaan pasar, terutama teknologi pengawetan dengan pemanasan dan tekanan yang dapat mempercepat proses pengawetan serta teknologi aneka rasa telur asin. Tentunya, hal ini menjadi peluang besar bagi masyarakat atau investor untuk menanamkan modalnya dalam bidang pakan, pembibitan, dan budi daya itik petelur.
Pada pusat-pusat budi daya itik seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Kalimantan Selatan umumnya produksi telur itik masih belum bisa kontinu. Hal itu karena belum tersedianya bibit itik berkualitas,mengingat belum terbentuk pembibit atau kelompok yang menerapkan prinsip-prinsip pembibitan yang baik. Rintisan pembentukan himpunan peternak unggas lokal (Himpuli) juga masih belum berjalan efektif. Selain itu, kontinuitas ketersediaan pakan dan pengaruh musim juga ikut andil dalam produksi telur.
Di sisi lain, Ditjen Peternakan sudah melakukan program pembibitan itik lokal unggul meskipun masih perlu dimaksimalkan. Bagi masyarakat peternak tentu sangat menantikan terobosan pembibitan itik unggul nasional. Dengan kondisi tersebut, masih terbuka peluang untuk melakukan bisnis itik petelur di bidang bibit, pakan, budi daya, dan pascapanen.
Sumber: Buku Itik Petelur Unggul