Pertanianku – Saat ini kotoran sapi menjadi berharga dan banyak diburu oleh petani di Kecamatan Nguter, Sukoharjo. Kotoran sapi tersebut dicari untuk dijadikan pupuk organik bagi para petani. Kotoran sapi tersebut diolah menjadi pupuk organik yang memiliki nilai ekonomis.
Tingginya permintaan pupuk kotoran sapi yang berimbas kelangkaan juga menyebabkan kenaikan harga antara 10 persen hingga 20 persen dari biasanya. Sebelumnya harga satu karung kotoran sapi murni dibanderol Rp50.000 per karung dan kotoran sapi matang atau sudah dalam proses menjadi pupuk Rp60.000.
“Semenjak perubahan pola tanam dari pupuk kimia ke pupuk organik sekarang permintaan pupuk kotoran sapi menjadi meningkat. Permintaan sekarang rata rata per hari bisa tembus 100 karung padahal sebelum perubahan pola itu hanya 30—40 karung saja,” ujar Giyono salah satu penjual kotoran sapi di daerah tersebut.
Kotoran sapi tersebut didapat dari para peternak atau pemilik sapi rumahan di sekitar rumahnya. Kotoran sapi tersebut dulu belum terlalu populer sehingga harga beli cukup murah. Namun, karena sekarang permintaan bertambah banyak, pemilik sapi ikut menaikkan harga.
Untuk memenuhi kebutuhan petani masih menurut Giyono, dirinya terpaksa mencari pasokan dari luar wilayah. Seperti dari wilayah Kecamatan Tawangsari dan Weru. Namun suplai barang juga harus berebut dengan pembeli lainnya.
“Di Weru ada sentra ternak sapi cukup besar dan banyak di sana, jadi pasokan kotoran sapi lumayan meski harus rebutan dengan penjual lainnya,” lanjutnya.
Salah satu petani asal Nguter, Heri Purwanto mengatakan, sudah dua tahun ini petani beralih dari pupuk kimia ke alami. Tujuannya, agar bisa mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang justru merusak kesuburan tanah.