Pertanianku – Semut rangrang atau weaver ant, dikenal sebagai serangga yang agresif, terutama dalam melindungi sarang serta koloninya. Pada umumnya, koloni semut rangrang dimulai oleh seekor semut betina yang sudah dikawini (haplometrosis) atau sekelompok betina yang sudah dikawini (pleometrosis). Semut rangrang merupakan serangga sosial sejati (eusosial) dan kehidupan koloninya sangat tergantung pada keberadaan pohon (arboreal).
Semut memiliki sistem koloni yang terdiri atas beberapa golongan kasta. Semut rangrang betina ada yang aktif secara reproduksi dan ada yang tidak subur atau mandul. Semut betina yang subur sepanjang hidupnya disebut semut ratu. Semut ratu yang telah melakukan perkawinan akan membentuk sebuah koloni. Telur atau larva yang dihasilkan oleh ratu disebut sebagai kroto. Sementara itu, semut betina yang mandul akan menjadi semut pekerja. Selain semut pekerja, juga ada kasta semut prajurit. Ukuran semut prajurit sekitar 0,5—1 cm, jumlahnya ratusan bahkan mencapai ribuan ekor.
Semut rangrang dewasa hidup berkelompok dan saling bergotongroyong. Sarang semut rangrang dibuat di pepohonan dengan merekatkan daun-daun menggunakan “lem” berupa benang halus yang diproduksi oleh larva semut. Semut jenis ini memilih pohon-pohon tinggi seperti pohon kedondong atau pohon mangga untuk mencegah timbulnya gangguan. Semut rangrang cenderung menyukai tanaman berdaun besar dan lentur atau tanaman berdaun kecil namun banyak.
Apabila semut telah membangun sarang, tandanya semut sudah menetapkan tempat tinggal baru. Hal ini ditandai dengan terbentuknya sarang baru dan semut pekerja mulai mencari dan mengumpulkan bahan pakan. Bahan pakannya berupa berbagai macam serangga, bangkai hewan lain, dan sebagainya. Sementara itu, semut prajurit akan melindungi semut ratu, sarang, dan para pekerja.
Semut rangrang juga suka memelihara kutu karena kutu menghasilkan cairan mirip madu yang rasanya manis. Cairan tersebut dibawa ke sarang untuk diberikan pada ratu semut. Jenis-jenis kutu yang “diternakkan” oleh semut rangrang antara lain, kutu putih (Pseudococcidae, Planococcus citri Rossi), kutu sisik hijau (Coccus viridis), kutu sisik putih, kutu persik putih (Pseudaulacaspis pentagona), kutu bor (Asterolecaniidae), dan kutu daun (Aphididae). Memang, kutu-kutu tersebut dapat dikategorikan sebagai hama tanaman.
Namun, kerusakan yang ditimbulkan tidak seberapa jika dibandingkan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh hama ulat, kumbang, dan belalang. Populasi semut rangrang akan berkurang secara alami pada musim hujan karena mereka tidak dapat bertahan dalam genang an air. Umumnya, yang paling banyak mati adalah semut pekerja, sedangkan semut lainnya tetap tinggal di dalam sarang atau berlindung di bawah permukaan daun.
Sumber: Buku Kupas Tuntas Budidaya Kroto secara modern