Rain Shelter, Solusi Budidaya Cabai di Tengah Tingginya Curah Hujan

Pertanianku — Curah hujan pada April–Mei 2022 cenderung lebih tinggi dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya. Tercatat, pada April 2021 curah hujan sebesar 194,8 mm, sedangkan April 2022 curah hujan sebesar 215,6 mm. Kondisi ini membuat petani harus menerapkan budidaya yang sangat intensif agar tanaman dapat tumbuh subur. Salah satu solusi untuk menjaga produksi tanaman cabai adalah teknologi rain shelter.

rain shelter
foto: Trubus

Teknologi budidaya yang tepat dapat membuat usaha pertanian memberikan hasil yang menguntungkan. Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) pun menginstruksikan jajarannya agar keunikan kondisi alam tidak menjadi kendala dalam menjaga produksi pangan. Rain shelter menjadi salah satu teknologi yang digunakan.

Rain shelter merupakan atap sungkup dari plastik UV yang dipasang menggunakan kerangka bambu, besi, dan sejenisnya di atas pertanaman cabai. Penggunaan rain shelter pada pertanaman cabai di musim hujan memberikan banyak manfaat di antaranya petani menjadi lebih tenang karena tanamannya terlindungi dari guyuran air hujan secara langsung sehingga bunga tidak rontok dan buah tidak busuk. Kelembapannya pun terjaga sehingga dapat mencegah serangan penyakit yang sangat ditakuti petani yakni antraknosa dan phythoptora,” terang Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, seperti dilansir dari laman hortikultura.pertanian.go.id.

Penggunaan rain shelter sebenarnya sama seperti cara budidaya cabai biasa. Pada pengaplikasian teknologi ini disarankan dalam satu bedengan hanya berisi satu baris tetapi jarak tanamnya lebih rapat. Tujuannya untuk mengurangi populasi hama thrips. Pasalnya, salah satu kekurangan cara budidaya ini adalah mudah diserang thrips sehingga perlu penyiraman dan 20 hari sekali plastik UV digulung.

Meskipun rawan diserang thrips, hama ini lebih mudah dikendalikan dibanding penyakit antraknosa yang telah menjadi momok bagi petani. Thrips bisa disemprot dengan air biasa dan dapat dilakukan sekaligus bersama penyiraman.

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Tommy Nugraha, mengimbau agar petani menggunakan teknologi budidaya tersebut agar produksi tidak terganggu. Dengan begitu, petani tidak perlu khawatir menanam cabai di tengah musim hujan.