Raup Keuntungan dari Pertanian Hidroponik

Pertanianku – Seiring perkembangan zaman membuat masyarakat terus berinovasi menciptakan sesuatu yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Bahkan, kini inovasi telah merambah ke sektor pertanian. Salah satunya pertanian hidroponik.

Foto: pixabay

Bahkan, kini Anda dapat memulai bisnis dengan pertanian hidroponik yang kabarnya dapat mendatangkan keuntungan yang cukup besar.

Berbisnis pertanian organik tak lagi membutuhkan lahan yang luas, di area pekarangan rumah pun bisa dilakukan. Pertanian organik sendiri diketahui tak lagi memerlukan tanah. Jadi, bisa dipastikan ketika bercocok tanam tak akan membuat tangan Anda kotor oleh tanah.

Ajaibnya, pembudidaya tak perlu lagi khawatir dengan serangan hama, karena jika mengaplikasikan konsep pertanian hidroponik serangan hama dapat dimimalisir.

Itulah yang membuat Very Wijaya, seorang pembudidaya tanaman hidroponik tertarik mengembangkan sistem pertanian hidroponik.

Menurut Very, kini konsumen sayuran hidroponik semakin tinggi.

“Bahkan kami bisa meraup omzet hingga 100 persen,” ucap Very.

Berawal dari hobi dengan masuk komunitas Belajar Bareng Hidroponik (BBH) di Jakarta, Very berpikir untuk membudidayakannya secara serius.

Karena komunitas BBH cabang Sumut belum terbentuk dan belum begitu familiar dengan pertanian hidroponik, ia pun mengembangkan hobinya itu dengan memanfaatkan lahan kosong di lantai 3 yang berlokasi di tempat kerjanya yakni, di Sekolah Bodhicitta, Jalan Selam, Kecamatan Medan Denai.

Lahan yang dimanfaatkannya tidak luas, hanya berkisar 5×4 meter persegi. Sementara, jenis tanaman hidroponik yang dibudidayakannya adalah sayuran selada, sawi, kangkung, bayam, dan lainnya yang dikonsumsi masyarakat sehari-hari.

Kegiatan itu, sudah dilakukannya sejak 2011 silam. Namun, mulai serius dilakukan pada 2012. Dengan modal awal sebesar Rp1,5 juta. Meskipun modalnya relatif besar, selama sebulan menanamnya sudah bisa dipanen dengan keuntungan mencapai 100 persen.

Bayam misalnya, biasa harganya Rp1.500 per ikat, bayam yang dikembangkan Very laku dijual seharga Rp3.000.

“Jadi, sekali panen untuk satu jenis tanaman saja, saya sudah beromzet Rp300 ribu per bulan. Bahkan, modal sudah kembali selama beberapa bulan bertani dengan sistem hidroponik ini,” ucapnya.

Very menyebutkan, hasil pertanian yang dikembangkannya itu juga sudah menembus pasar tradisional serta swalayan ternama di Kota Medan. Bahkan kini, ada 4 sampai 5 orang pengepul yang datang untuk membeli sayuran miliknya yang akan dipasarkan kepada para pedagang.

“Memang, selama ini pun sudah saya pasarkan ke berbagai pasar di Kota Medan, terutama Pasar Beruang yang menjadi langganan dan beberapa pasar swalayan lainnya. Tetapi, saya juga menawarkan kepada pengepul,” tambahnya.

“Penanaman bisa berulang dilakukan, karena habis panen bisa langsung tanam bibit baru secara bergantian,” ucapnya sembari menambahkan untuk sekali panen jangka waktunya antara 30—40 hari.

Very pun berencana mengembangkan lahan yang lebih luas lagi untuk bisnis yang lebih serius. Dan, ia sudah memiliki lahan di kawasan Tuntungan seluas 2 hektare. Ia akan mengembangkan pertanian hidroponik ini sedikit demi sedikit dan untuk sementara akan memanfaatkan lahan sekitar 10.000 meter persegi (satu hektare) dulu.

Komoditas yang dikembangkannya selain sayuran juga cabai, tomat, dan sebagainya.

“Setelah berkembang, baru lahan sisanya akan saya manfaatkan. Rencananya sekitar dua bulan lagi saya sudah mengembangkan bisnis ini dengan lebih serius lagi dengan memanfaatkan lahan di Tuntungan tersebut. Tunggu saja,” ucapnya.