Pertanianku – Produksi kopi lokal yang melimpah membuat pemerintah menargetkan Indonesia menjadi produsen kopi dunia pada 2018 mendatang. Pasalnya, saat ini posisi kopi Indonesia menduduki peringkat empat dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Akankah pemerintah mampu mewujudkannya pada tahun depan?

Menteri Pertanian RI (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, tahun depan kopi Indonesia menjadi nomor dua di dunia. Hal ini tentu saja dilakukan dengan kerja keras dan dengan meningkatkan mutu dan produktivitas menjadi 1,0 ton per hektare (ha).
Langkah awal yang telah dilakukan, para ahli kopi ditugaskan ke Vietnam mempelajari teknik meningkatkan produktivitas kopi. Selanjutnya, pada APBN-P 2017 dan APBN 2018 digenjot dengan peningkatan produkvitias, pengembangan 8.700 ha kawasan kopi, perbenihan 3—4 juta batang tiap tahun, mulai dari pascapanen hingga pemasarannya.
Menurut Mentan Amran, Indonesia sangat berpotensi menjadi produsen kopi terbesar dunia. Bahkan, Indonesia memiliki kopi khusus (specialty coffee) yang sudah dikenal di Eropa dan Amerika serta menjadi tren dunia. Specialty coffee ini antara lain kopi gayo, kopi mandailing, kopi lampung, kopi bajawa, kopi toraja, dan kopi lembah baliem.
“Saat ini ada 14 jenis kopi indonesia yang sudah mendapat sertifikat Geographical Indications (GI) sehingga memiliki keunikan yang bisa menjadi nilai tambah perdagangan,” tutur Menteri yang menjabat sejak 2014 tersebut.
Dari data FAO, luas areal kopi Brazil hampir 2 juta ha dengan produktivtas 1,4 ton/ha. Sementara, luas areal kopi di Vietnam 589 ribu ha dengan produktivitas 2,3 ton/ha dan Kolombia luas 795 ribu ha dengan produktivitas 0,9 ton/ha.
Adapun lahan kopi dalam negeri (Indonesia) seluas 1,23 juta ha. Di antaranya 1,19 juta ha milik perkebunan rakyat dengan produktivitas hanya 0,6 ton/ha. Mutu kopi Indonesia juga belum stabil sehingga ekspor didominasi (99%) dalam bentuk kopi biji/berasan (coffee excluding roasted and decaffeinated).