Pertanianku — Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan merupakan daerah penghasil kelapa. Sayangnya, hilirisasi produksi perkebunan di daerah ini masih belum maksimal. Perkebunan yang ada di Banyuasin sepenuhnya dikelola oleh rakyat dan belum didukung oleh inovasi teknologi yang memadai. UPTD Balai Proteksi Tanaman Perkebunan, Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan melaporkan adanya serangan hama ulat pemakan daun Artona catoxantha yang terjadi pada awal 2022.

Organisme pengganggu tanaman (OPT) ulat pemakan daun telah menyerang sekitar 10.000 tanaman kelapa di areal seluas 200 hektare di Desa Sido Makmur, Kecamatan Muara Sugihan, Kabupaten Banyuasin.
A. catoxantha dapat mengakibatkan kerusakan serius pada tanaman kelapa. Hama ini senang meletakkan telurnya di permukaan bawah daun. Seekor betina dapat menghasilkan telur sebanyak 40–60 butir. Telur tersebut akan menetas antara 3–5 hari.
Melansir dari laman ditjenbun.pertanian.go.id, pada tingkat serangan yang berat tanaman tidak akan mati, tetapi seluruh daun berubah menjadi kekuningan, kering, dan berguguran seperti bekas terbakar, bagian yang tertinggal hanya lidinya. Setelah itu, dua atau tiga bulan berikutnya buah mudanya mulai berguguran, kemudian diikuti oleh buah yang lebih tua.
Ketika serangan sudah berat, tanaman kelapa tidak bisa berproduksi secara normal selama 1–1,5 tahun. Apabila terjadi serangan pada musim kemarau, produksi kelapa hanya sekitar 3–10% dari produksi normal.
Serangan hama A. catoxantha ditandai dapat dikendalikan dan dicegah dengan pengendalian hama terpadu (PHT). Pengendalian bisa diintegrasikan dengan cara berikut.
- Penggunaan perangkap cahaya lampu pada malam hari untuk menarik ngengat. Perangkap dilengkapi ember berisi air yang ditaruh di bawah cahaya lampu agar ngengat terjebak di dalam air.
- Memanfaatkan musuh alami selain parasitoid (Apanteles artonae, Bessa remota, Callimerus arcufer) seperti burung pemakan ulat, predator Eucanthecona sp., dan jamur entomopatogen Beauveria bassiana.
- Mengaplikasikan pestisida nabati berupa ekstrak akar tuba pada konsentrasi 3% dengan cara disemprot.