Rumput Pakchong, Pakan Ternak yang Kaya Protein

Pertanianku — Pakan hijauan yang biasa digunakan oleh peternak adalah rumput gajah, rumput setaria, rumput raja, rumput odot, dan lainnya. Belakangan ini ada satu jenis rumput yang mulai dikembangkan oleh peternak di Indonesia, yaitu rumput pakchong.

rumput pakchong
foto: cybex.pertanian.go.id

Pakan hijauan telah menjadi bagian penting dari kegiatan ternak kambing. Pakan ini dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas ternak sehingga diperlukan setiap hari. Ternak ruminansia membutuhkan pakan hijauan sebanyak 70 persen.

Rumput pakchong berasal dari Thailand. Rumput jenis ini dikembangkan oleh Prof. Dr. Krailas Kiyothong selama 6 tahun dan dilakukan di daerah Pak Chong, Thailand. Saat ini pakchong menjadi salah satu rumput unggulan untuk diberikan kepada ternak.

Rumput ini merupakan hasil persilangan antara rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach) dan pear millet (Pennisetum glaucum). Menurut penelitian, rumput pakchong dapat tumbuh dengan baik di berbagai lokasi, terlebih lokasi yang kaya akan bahan organik.

Melansir dari cybex.pertanian.go.id, keunggulan rumput asal Thailand ini adalah kandungan protein yang lebih tinggi sekitar 16,45 persen. Sementara itu, kandungan protein di dalam rumput odot sekitar 11,6 persen dan rumput Taiwan sekitar 13 persen.

Hijauan ini dapat tumbuh mencapai 5 m. Batang rumput pakchong relatif tidak keras. Itu sebabnya rumput ini disukai oleh ternak seperti kambing dan sapi. Selain itu, pakchong dikenal sebagai favorit ternak, seperti kambing dan sapi karena tidak memiliki bulu-bulu halus.

Rumput pakchong sudah bisa dipanen saat berumur 9 tahun dan tanaman dapat dipanen setiap 40–50 hari. Selama masa tanam atau musim kering, pakchong hanya perlu disiram sekali dalam seminggu. Hijauan ini juga tidak berduri sehingga dapat memudahkan peternak ketika memanennya. Produksi rumput pakchong per tahun berkisar 250–275 ton/hektare dengan kandungan protein kasar yang mencapai 16–18 persen.