Sagu Sebagai Pangan Lokal Serbaguna dari Indonesia Timur

Pertanianku — Apakah Anda pernah mencicipi makanan nusantara bernama papeda? Papeda adalah makanan khas dan kebanggaan dari tanah Papua dan Maluku. Bagi yang tidak tahu, sagu sebagai bahan pangan lokal papeda terbuat dari olahan pati pada batang tumbuhan sagu. Ya, sagu merupakan bahan pangan lokal serbaguna di Indonesia bagian timur.

pangan lokal serbaguna
Foto: Shutterstock

Tanaman sagu (Metroxylon sagu Rottb.) atau sering disebut juga palma rawa, termasuk dalam famili palmae dan merupakan tanaman yang menyimpan pati pada batangnya. Pati sagu didapat dari tanaman yang sudah dewasa.

Terdapat beberapa genus Palmae yang patinya telah dimanfaatkan, yaitu Metroxylon, Corypha, Euqeissona, dan Caryota. Genus yang banyak dikenal adalah Metroxylon dan Arenga karena kandungan patinya cukup tinggi. Sagu merupakan tanaman hidrofilik, hapaxanthic (berbunga satu kali), dan soboliferous (mempunyai anakan).

Tumbuhan sagu mulai berbunga dan berbuah pada umur sekitar 10—15 tahun. Malai bunga menyerupai tanduk rusa yang terdiri atas cabang utama, sekunder, dan tersier. Pada cabang tersier terdapat sepasang bunga jantan dan bunga betina.

Buah sagu berbentuk bulat menyerupai 15 buah salak dan mengandung biji yang fertil. Waktu antara mulai muncul bunga sampai fase pembentukan buah diperkirakan sekitar 2 tahun. Jumlah buah yang dihasilkan per pohon sagu, yaitu sekitar 2.174—6.675 buah.

Sumber pangan alternatif

Ketergantungan bangsa Indonesia terhadap beras sangatlah tinggi, terkadang harus mengimpor beras dari negara lain untuk mencukupi kebutuhan pokok dalam negeri.

Oleh karena itu, upaya mengurangi ketergantungan terhadap beras dapat dilakukan salah satunya adalah dengan cara mencari alternatif atau mengeksplorasi bahan pangan lain. Dan, sagu merupakan tanaman pangan lokal yang memiliki segudang potensi di dalamnya.

Sagu merupakan salah satu komoditas hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang memegang peranan penting dalam mendukung program diversifikasi sebagai pendamping beras selain jagung dan umbi-umbian. Keistimewaan lain dari tumbuhan ini ialah sagu merupakan penghasil karbohidrat yang cukup tinggi.

Perlu diketahui bahwa kandungan kalori sagu sekitar 357 kalori, relatif sama dengan jagung, yaitu 360 kalori ataupun beras giling sekitar 366 kalori.

Potensi sagu di Indonesia mencapai kurang lebih 50% dari sagu dunia. Secara alami, tumbuhan sagu tersebar hampir di setiap pulau di Indonesia dengan luasan terbesar berpusat di Papua. Sementara, sagu semibudidaya terdapat di Maluku, Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera.

Uniknya, sagu sejak dahulu telah memiliki arti penting bagi kehidupan masyarakat terutama di kawasan Indonesia bagian timur, baik sebagai sumber bahan makanan pokok maupun sebagai bahan bangunan. Selain itu, sagu dapat dijadikan bahan baku pembuatan etanol. Ini berarti sagu di Indonesia juga memiliki potensi untuk menghasilkan bioethanol sebagai substitusi bahan bakar dari energi fosil.