Pertanianku — Mesir mulai mengetuk pasar internasional pada November 2019 dengan melakukan impor beras. Meski rakyat mesir merupakan konsumen utama beras dan bangga akan kualitas panen lokal mereka, untuk menghemat air, akhirnya mereka membutuhkan beras impor untuk memenuhi kebutuhan.

Dalam urusan makan nasi, Mesir tidak main-main. Beras impor yang masuk harus melalui serangkaian tes terlebih dulu. Sekelompok ilmuwan makanan yang berbasis di Kairo akan memutuskan apakah beras impor akan sesuai dengan selera orang Mesir atau tidak. Para ilmuwan menelitinya dengan memasak dan mencicipi sampel beras yang ditawarkan pada tender negara sebelum diterima negara.
“Di sini, sebagai satu unit, kita semua adalah dokter (akademik) dan juga ibu di rumah kita. Kita semua adalah hakim terlatih yang telah menyelesaikan kursus pelatihan,” kata Nahed Lotfy, Direktur Dapur Percobaan, dikutip laman Reuters.
Peran para ilmuwan adalah untuk memastikan bahwa beras yang dibeli oleh negara sesuai dengan metode dan selera memasak yang sudah dikenal. Ilmuwan makanan akan mencicipi sampel beras untuk memastikan cocok atau tidaknya dengan standar Mesir.
Sampel dianonimkan sebagai salah satu penguji rasa. Peneliti mendapatkan sampel yang hampir tidak memiliki informasi sama sekali. Semuanya datang dengan kode. Peneliti memeriksa butir beras untuk penyerapan air, warna dan bau. Setelah dimasak, nasi dievaluasi.
“Kami mengevaluasi produk berdasarkan warna, rasa, aroma, rasa, serta respons umum,” kata Lotfy.
Peneliti tidak bisa memakai parfum atau merokok. Apel yang diiris dan air digunakan sebagai salah satu tolok ukur cita rasa. Proses impor yang dimulai akhir tahun lalu oleh Mesir sejauh ini telah menghilangkan beras asal India dan menyetujui tawaran beras dari Cina dan Vietnam.
Mesir telah menghabiskan 46,8 juta dolar AS untuk impor beras Cina dalam dua tender sejak November dan saat ini tengah berlangsung yang ketiga.