Pertanianku – Kini kegiatan bertani atau bercocok tanam semakin mudah karena banyaknya inovasi di dunia pertanian yang semakin modern. Bahkan, dulu masyarakat perkotaan tidak terpikirkan untuk bisa melakukan kegiatan bercocok tanam karena keterbatasan lahan yang ada. Nanum, kini terdapat terobosan baru bahwa melakukan kegiatan bertani dapat dilakukan di atas bangunan gedung-gedung yang ada di perkotaan.
Banyaknya lahan yang dirasa cukup produktif tersedia dalam jumlah cukup luas di kota-kota besar, yakni di atas atap datar bangunan yang memenuhi perkotaan. Di atas atap inilah tempat ideal untuk membangun kebun rumah kaca.
Volkmar Keuter, pakar urban farming dari Institut Fraunhofer di Oberhausen, Jerman mengatakan, “Jika kita memiliki industri yang beroperasi di bawah sebuah bangunan, misalnya pabrik roti atau industri lain yang memiliki sumber panas, itu dapat dimanfaatkan menjadi rumah kaca dimusim dingin. Juga pada bangunan perkantoran, di mana terdapat ruang komputer besar. Untuk mendinginkan komputer biasanya diproduksi panas. Panas ini juga dapat digunakan untuk pengembangan pertanian,” ungkapnya.
Kota besar juga menawarkan potensi lainnya yang dapat digunakan untuk pertanian komersial. Misalnya, jaringan pembuangan air hujan atau air limbah. Jika diolah secara tepat, air limbah dapat dijadikan pupuk tanaman.
“Kita bisa memanfaatkan jaringan saluran air yang ada di bangunan, air hujan atau air limbah. Jika diolah dan disterilkan, kita dapat memasok akar dengan air yang bebas bakteri,” ujar Keuter.
Konsep awal pertanian ini memang membutuhkan investasi modal yang tidak sedikit, dan teknik pengolahan air limbah yang cukup rumit. Namun, jangka panjangnya dapat menghemat uang cukup banyak. Selain itu, menurut Keuter, ada keuntungan lain berupa penghematan penggunaan pupuk. Jika kita mendaur ulang bahan makanan yang ada dalam air limbah, yakni phospor, nitrogen, dan kalium, artinya kita hanya perlu menambah sedikit pemupukan.
Untuk merealisasikannya, diperlukan instalasi dengan model bercocok tanam dengan hidroponik. Dengan metode hidroponik, tanamannya dapat tumbuh di pot berisi granulat artifisial, serabut, atau butiran lempung yang dibakar. Akar hanya perlu dibasahi air dalam interval tertentu, lewat instalasi pengatur sirkulasi air. Airnya berasal dari sebuah tangki besar, dan setelah airnya membasahi akar, sisanya dipompa kembali ke dalam tangki. Dengan itu, para petani dapat selalu memantau kadar keasaman airnya.
Selain itu, dengan metode hidroponik pemakaian air atau pupuk sangat efisien karena semua akan kembali bersirkulasi dalam sistem yang terkontrol. “Penggunaan pupuk pada tanaman jauh lebih terarah, dibanding pertanian klasik. Kita dapat menjamin hasil panen 10 hingga 20 kali lipatnya. Artinya, pada ruangan amat sempit, di atap bangunan yang tentu saja mahal, kita dapat menanam sangat banyak tumbuhan,” papar Keuter.