Pertanianku — Perubahan iklim menjadi bayang-bayang yang cukup menakutkan karena sudah terbukti dapat menyebabkan gagal panen. Untuk mengatasi ancaman tersebut, Kementerian Pertanian melakukan kegiatan Gerakan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (Gernang DPI) dan Gerakan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (Gerdal OPT) di Desa Tanjungrasa, Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten Subang.

Gerakan pengendalian OPT dilakukan secara ramah lingkungan menggunakan Agen Pengendali Hayati (AGP). Sementara itu, Gernang DPI dilakukan dengan menormalisasi saluran irigasi untuk mengantisipasi dan mitigasi banjir serta menggerakkan Brigade La Nina. Kegiatan tersebut dilakukan oleh petani, petugas POPT, dan TNI.
Direktur Perlindungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Takdir Mulyadi, mengatakan, perbaikan saluran merupakan antisipasi untuk mencegah banjir.
“Di samping itu, petani kita ajarkan bagaimana mengintrepertasi data-data yang ada sehingga dapat terlaksana dengan benar proses penanganan produksi,” ujar Takdir seperti dilansir dari laman pertanian.go.id.
Takdir menjelaskan, antisipasi OPT yang dilakukan petani, POPT, dan TNI menggunakan AGP yang dihasilkan dari laboratorium.
“Di sini yang berkembang adalah penggunaan Paenibacillus, yaitu bahan yang dihasilkan laboratorium kita yang mana di Subang ini dan bisa men-cover 100 hektare,” lanjutnya.
Takdir menerangkan, sistem budidaya yang diterapkan di sini ialah budidaya tanaman sehat. Petani menggunakan benih Inpari 32 yang tahan penyakit, aplikasi pupuk hayati sebagai seed treatment, dan penggunaan pembenah tanah untuk menjaga kesehatan tanah. Pada sistem ini, penggunaan pupuk kimia sangat diminimalisir. Petani lebih memperbanyak penggunaan pupuk hayati dan organik.
Di tempat yang terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, menjelaskan, selama pandemi COVID-19 harga pupuk dan pestisida mengalami kenaikan. Kondisi ini tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi di beberapa negara kondisi serupa juga terjadi.
“Gunakan agen hayati biopestisida pengelolaan PHT yang ramah lingkungan dan lebih efisien sehingga berkelanjutan, lahan tetap terjaga sustainabilitasnya,” terang Suwandi.
Suwandi juga mengarahkan setiap provinsi dan kabupaten untuk melakukan mapping daerah yang rawan sehingga gerakan pengendalian dapat sesuai dengan target mapping. Daerah-daerah yang rawan banjir, kekeringan, dan wilayah endemis OPT akan mendapatkan perhatian khusus untuk ditangani secara terpadu dengan gerakan ini.