Sejarah Cabai Hingga Bisa Sampai di Indonesia

Pertanianku — Siapa yang tidak tahu cabai, sayuran buah yang berwarna merah dan dapat menimbulkan sensasi pedas di lidah. Cabai sudah menjadi salah satu bumbu masakan yang tidak bisa dipisahkan dari masakan Nusantara. Namun, tahukah Anda, sejarah cabai sudah dimulai pada 7.000 tahun lalu. Fakta ini didapatkan dari penemuan para arkeolog di Ekuador, Amerika Selatan, yang menemukan sisa biji cabai menempel pada lesung dan panci milik Suku Indian kuno.

sejarah cabai
foto: pertanianku

Cabai sudah populer bagi Suku Aztec di Amerika Tengah sejak 7500 SM. Saat itu, cabai digunakan sebagai sajian istimewa untuk para kepala suku. Pada 5200—3400 SM, masyarakat Indian Aztec mulai membudidayakan cabai dan hasilnya disebarluaskan ke seluruh wilayah benua dan akhirnya ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Di Indonesia, masyarakat mulai akrab dengan cabai pada abad ke-15—16, saat penjajah Portugis masuk ke Indonesia. Pada 1522 bangsa Portugis mengirim sebuah kapal ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Kapal tersebut berisi barang-barang berharga yang akan dipersembahkan kepada raja.

Diperkirakan di dalam kapal tersebut terdapat biji cabai yang dahulu dianggap sebagai tanaman rempah. Lima tahun berikutnya, Portugis diusir oleh Kesultanan Demak dari Sunda Kelapa dan akhirnya Portugis mengalihkan tujuannya ke Maluku, termasuk ke Kepulauan Ternate, Ambon, Solor, dan sekitarnya sambil terus mengenalkan cabai.

Berdasarkan catatan sejarah, pada 1899 masyarakat Pulau Jawa sudah terbiasa dengan cabai yang ditambahkan ke dalam menu masakan. Pada saat itu cabai seirng digunakan sebagai bumbu, sedangkan daunnya digunakan sebagai obat luar. Daun cabai disebut juga godong sebrang yang artinya: cabai bukan merupakan tanaman asli dari Indonesia.

Pada abad ke-19, VOC mengambil alih seluruh pemerintahan Belanda di Eropa. Pada saat itu, budidaya tanaman perkebunan sedang berkembang sangat pesat, terutama cabai yang merupakan tanaman penghasil rempah potensial karena bisa diperdagangkan. Pada 1918 tercatat ribuan kilogram cabai dikirim dari Pelabuhan Jakarta, Cirebon, Semarang, dan Surabaya menuju Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Riau, dan Kalimantan.

Sejak dahulu hingga saat ini, cabai masih menjadi komoditas yang bernilai tinggi, bahkan cabai sudah melekat pada ciri khas masakan Indonesia. Saat ini, cabai menjadi salah satu komoditas ekspor yang dapat menyumbang pendapatan negara. Peluang pasarnya sangat tinggi, baik di Indonesia maupun di pasar ekspor.