Pertanianku – Sejak dulu Indonesia dijuluki sebagai negara agraris karena memiliki lahan pertanian yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke. Sektor pertanian di Indonesia kini telah melaju pesat dan menjadi komponen penting dalam pembangunan nasional. Bahkan, sektor pertanian Indonesia masuk dalam 25 besar dunia. Sungguh prestasi yang membanggakan bukan?!
Hal tersebut berdasarkan lembaga riset dan analisis ekonomi internasional yang berpusat di Inggris, The Economist Intelligent Unit (EIU) dan Barilla Center for Food and Nutrition (BCFN) Foundation.
“Dulu kita urutan 71,” kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman beberapa waktu lalu sebagaimana mengutip Repubika (4/7).
Sebagai informasi pada Juni 2016 lembaga riset EIU merilis bahwa Indonesia peringkat ke-71 dari 133 negara dengan peningkatan terbesar di dunia dengan skor 2,7 pada Global Food Security Index (GFSI).
Lembaga tersebut merilis Indek Keberlanjutan Pangan atau Food Sustainability Index (FSI) pada Desember 2016 di situs resminya http://foodsustainability.eiu.com/country-ranking/. Dalam situs tersebut, negara yang diteliti dengan pertimbangan dua per tiga penduduk dunia berada di 25 negara tersebut dan mencakup 87 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Dunia.
Riset FSI disusun dari 58 indikator yang mencakup empat aspek, yakni secara keseluruhan, pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture), terjadi penyusutan pangan dan limbah (food loss and waste) serta aspek gizi (nutritional challenges).
Amran menambahkan, secara keseluruhan, Indonesia berada di peringkat ke-21 dengan skor 50,77 setelah Brasil. Indonesia berada di atas Uni Emirat Arab, Mesir, Arab Saudi, dan India.
Untuk sustainable agriculture, Indonesia berada pada peringkat ke-16 (skor 53,87) setelah Argentina. Peringkat ini membuat Indonesia berada di atas Cina, Ethiopia, Amerika Serikat, Nigeria, Arab Saudi, Afrika Selatan, Mesir, Uni Emirat Arab, dan India. Pada kategori ini, Indonesia mendapat skor tinggi pada ketersediaan sumber daya air yang melimpah, rendahnya dampak lingkungan sektor pertanian pada lahan, keanekaragaman hayati lingkungan, produktivitas lahan, serta mitigasi perubahan iklim.
Sementara itu, dari aspek food loss and waste, Indonesia berdiri di peringkat ke-24 dengan skor 32,53. Indonesia diapit Uni Emirat Arab dan Arab Saudi. Pada aspek ini Indonesia termasuk dalam kategori sedang dalam upaya mengatasi masalah kehilangan makanan (food loss). Selanjutnya, di aspek nutritional challeges, Indonesia berada di peringkat 18 (skor 56,79) setelah Brasil serta berada di atas Turki, Rusia, Mesir, Meksiko, Afrika Selatan, Nigeria, dan India.
Pada kategori ini Indonesia dipandang mampu mengatasi masalah defisiensi micronutrient, prevalensi kelebihan gizi, kurang gizi, kelebihan gula, serta mampu membeli makanan segar.
Peneliti senior Indef Sugiyono mengapresiasi hasil riset EIU tersebut. Faktanya, kata dia, di era Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman ini banyak terjadi terobosan pembangunan yang membuahkan hasil.
“Ini bisa dilihat kasat mata pada saat Ramadan dan Idul Fitri kemarin harga pangan stabil, dulu-dulu setiap hari raya Lebaran harga pangan bergolak,” ucapnya.
Sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 13,59 persen, peringkat terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan 20,48 persen.
“Produk hasil pertanian juga memberi andil besar pada sektor industri pengolahan ini, misal industri makanan dan minuman berkontribusi 5,92 persen terhadap PDB,” lanjutnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pertanian pada kuartal I 2017 tumbuh pesat 15,59 persen dibandingkan kuartal sebelumnya dan tumbuh terbesar dari sektor lainnya. PDB sektor pertanian kuartal I 2017 naik 7,12 persen dibandingkan kuartal yang sama 2016 yoy, melebihi kenaikan PDB industri pengolahan 4,21 persen dan PDB total Indonesia 5,01 persen.