Pertanianku — Selada terkontaminasi bakteri E. coli (Escherichia coli) dan menyerang manusia. Bakteri atau E. coli yang berbahaya tak hanya berkembang pada daging atau air. Bakteri jahat itu ternyata juga bisa hidup pada sayur-sayuran.
Sejak diketahui mulai mewabah pada awal 2018 ini, E. coli yang bersarang pada selada itu dilaporkan telah menyerang 98 orang di 22 wilayah Amerika Serikat. Bakteri E. coli itu bahkan disebut menghasilkan zat berbahaya yang dikenal sebagai racun shiga. Racun ini dapat menyebabkan muntah, kram perut parah, hingga diare berdarah.
Akibat selada yang terkontaminasi bakteri E. coli itu, sebanyak 46 orang dilarikan ke rumah sakit dan 10 di antaranya menderita gagal ginjal.
“Kami mengharapkan lebih banyak laporan tentang penyakit ini karena ada penundaan dua hingga tiga minggu antara waktu seseorang sakit dan dapat dikonfirmasikan sebagai wabah,” kata perwakilan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) Matthew Wise, seperti diberitakan Reuters.
Wabah E. coli ini berkembang pada selada jenis Romaine yang berasal dari kawasan Yuma, Arizona. Jenis selada romaine serupa dengan selada yang banyak tumbuh di Indonesia. Bulan lalu, CDC sudah mengeluarkan perintah kepada masyarakat untuk memeriksa terlebih dahulu selada yang hendak dibeli.
Mereka meminta konsumen tidak membeli selada yang berasal dari daerah Yuma, Arizona lantaran diduga terkontaminasi bakteri E. coli. Jika sudah terlanjur membeli, CDC meminta konsumen untuk langsung membuang selada itu. Saat ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) sedang menginvestigasi perkebunan lain yang juga diduga terkontaminasi bakteri E. coli.
“Sebagian besar dari penyakit yang timbul akibat selada Romaine tidak berhubungan dengan selada yang berasal dari Yuma. Kami sedang menginvestigasi belasan perkebunan lain yang menghasilkan selada Romaine,” kata perwakilan FDA.
Menurut The Daily Meal, perwakilan dari CDC yang menangani kasus ini, Laura Gieraltowski memprediksi laporan akibat bakteri E. Coli ini bakal terus meningkat hingga beberapa pekan ke depan. Pasalnya, selada itu masih beredar di pasaran, termasuk beberapa restoran besar di AS.
Di Indonesia, selada yang merupakan sayuran utama dalam lalapan masih tergolong aman untuk dikonsumsi. Walaupun demikian, masyarakat harus tetap waspada. Ada baiknya mencuci selada terlebih dahulu sebelum dikonsumsi untuk menghindari bakteri E. coli yang melekat pada daun selada.
Beberapa gejala yang terkontaminasi bakteri E. coli di antaranya seperti kram perut parah, diare yang sering disertai darah, muntah, dan demam. Gejala ini muncul mulai satu atau tiga hari bahkan bisa hingga 10 hari setelah mengonsumsi selada.