Seluk Beluk Penggemukan Sapi dengan Sistem Kereman

PertaniankuSistem kereman sebenarnya tidak jauh berbeda dengan system dry lot, tetapi kereman dilakukan dengan cara yang lebih sederhana. Sapi yang dipelihara dengan sistem ini akan berada di dalam kandang secara terus-menerus selama beberapa bulan.

sistem kereman
foto: Pixabay

Pemberian pakan dan air minum dilakukan di dalam kandang yang sederhana. Pakan yang diberikan terdiri atas hijauan dan konsentrat.

Peternak yang menggunakan sistem kereman memberikan hijauan dan konsentrat dengan jumlah yang disesuaikan pada ketersediaan kedua pakan tersebut. Apabila hijauan tersedia lebih banyak, hijauanlah yang lebih banyak diberikan. Sebaliknya, apabila pakan konsentrat mudah diperoleh, tersedia banyak dan harganya relatif murah, pemberian konsentratlah yang diperbanyak.

Namun, ada pula peternak yang hanya memberikan hijauan tanpa adanya pemberian konsentrat ataupun pakan lainnya. Tentu saja, hal ini dapat dilakukan pada daerah-daerah yang masih potensial menyediakan hijauan.

Konsentrat dalam penggemukan sapi sistem kereman hanya terdiri atas satu jenis dan paling banyak dua jenis bahan pakan. Misalnya, konsentrat itu hanya berupa dedak padi atau ampas tahu, ataupun hasil ikutan industri pertanian lainnya. Ada pula yang membuat konsentrat berupa campuran dedak padi dengan ubi kayu yang dilumatkan, lalu direndam dalam air panas selama beberapa saat.

Penggemukan sapi dengan sistem kereman hanya terdapat di Indonesia dan banyak dilakukan di daerah-daerah Magetan, Wonogiri, Wonosobo, Lamongan, Bondowoso, Banyuwangi, Sulawesi Selatan, dan Aceh. Ada beberapa faktor yang mendukung berkembangnya usaha penggemukan dengan sistem kereman di beberapa daerah. Berikut ini faktor pendukung perkembangan usaha penggemukan sapi sistem kereman.

  1. Bakalan sapi untuk penggemukan cukup tersedia dan relatif mudah diperoleh.
  2. Ketersediaan hijauan, termasuk limbah pertanian cukup potensial dan tersedia sepanjang tahun.
  3. Ketersediaan hasil ikutan industri pertanian seperti ampas tahu, ampas brem, serta ampas nanas cukup potensial dan tersedia sepanjang tahun.
  4. Kotoran sapi berupa pupuk kandang sangat diperlukan untuk memupuk tanaman pertanian penduduk.

Umumnya, sapi bakalan yang digunakan untuk penggemukan dengan sistem kereman adalah sapi-sapi jantan yang telah berumur sekitar 1–2 tahun dalam kondisi kurus. Lama penggemukan sekitar 3–6 bulan.

Pertambahan bobot badan yang dicapai pada penggemukan sapi dengan sistem kereman sangat bervariasi dan terutama bergantung pada pakan atau ransum yang diberikan. Penelitian yang telah dilakukan di daerah Wonogiri misalnya, dengan pemberian ransum berupa hijauan, konsentrat jadi, dan ditambah dengan ampas brem akan mendapatkan pertambahan bobot rata-rata 0,8 kg/hari.

Dari penelitian yang telah dilakukan pada sapi peranakan ongole dan jantan sapi perah juga diperoleh rata-rata pertambahan bobot badan masing-masing adalah 0,52 kg/hari dan 0,4 kg/hari dengan hanya memberikan hijauan tanpa penambahan konsentrat. Apabila ransum yang diberikan hanya hijauan, pertambahan bobot badan yang dicapai tidak akan setinggi pertambahan bobot badan yang mendapat ransum berupa hijauan dan konsentrat.