Pertanianku — Labangka merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Kawasan ini memiliki luas wilayah 243,08 km2 dan terdiri atas 5 desa definitif, yakni Desa Jaya Makmur, Desa Sekokat, Desa Suka Damai, Desa Labangka, dan Desa Suka Mulya.
Kecamatan Labangka memiliki potensi pertanian dan peternakan yang bagus. Oleh karena itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui kegiatan Riset Pengembangan Inovasi Kolaborasi memberikan sentuhan teknologi terhadap potensi yang ada di kecamatan ini.
Dilansir dari laman litbang.pertanian.go.id, Puslitbangnak, BBlitvet, BB Mektan, Balittanah BBSDLP, Balitsereal, Lolitsapi, dan BPTP NTB bekerja sama dengan Provinsi NTB untuk mengintegrasikan potensi sapi dan jagung yang ada di Labangka.
Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik), sebagian besar rumah tangga di Kecamatan Labangkan bermatapencaharian sebagai petani. Umumnya lahan pertanian di Kecamatan Labangka merupakan lahan kering seperti tegalan dan ladang yang sangat mengandalkan air hujan pada musim penghujan dan sungai untuk pengairan di musim kemarau.
Komoditas pertanian yang dikembangkan di daerah ini adalah tanaman pangan, seperti palawija, jagung, kacang hijau, kacang tanah, dan padi. Selain itu, petani juga kerap menanam tanaman hortikultura seperti jeruk dan tanaman perkebunan seperti jambu mete.
Komoditas utama kawasan ini adalah jagung. Pada 2019 luas panen komoditas jagung mencapai 11.097 hektare dengan produktivitas yang mencapai 7,36 ton/hektare.
Selain pertanian, Labangka juga merupakan sentra peternakan sapi rakyat. Hampir seluruh warga di kecamatan tersebut memiliki seekor sapi untuk dipelihara. Berdasarkan data BPS 2019, jumlah ternak sapi di Kecamatan Labangka mencapai 13.756 ekor dengan sebaran 2.871 ekor di Desa Jaya Makmur, 2.187 ekor di Desa Sekokat, 4.011 ekor di Desa Suka Damai, 2.437 di Desa Labangka, dan 2.250 ekor di Desa Suka Mulya.
Tingginya jumlah sapi yang diternakkan di kecamatan tersebut berpotensi menjadi penyedia pupuk organik yang baik untuk pertanian. Namun, sayangnya, selama ini kotoran sapi tersebut hanya dibiarkan dan lebih sering dibakar.
Balai Penelitian Tanah (Balittanah), Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian akan mendukung pengembangan inovasi teknologi di kawasan tersebut dengan teknologi pengomposan. Mereka akan memberikan edukasi pemanfaatan kotoran sapi untuk mengefisiensikan penggunaan pupuk organik dan meningkatkan produktivitas jagung.