Serangan CPVD Penyebab Produksi Jeruk di Indonesia Rendah

Pertanianku — Produksi jeruk di Indonesia sebenarnya masih tergolong belum maksimal. Padahal, Indonesia berpotensi menghasilkan 30–40 ton per hektare, tetapi saat ini produktivitas tanaman jeruk hanya mencapai 15–17 ton. Salah satu penyebabnya adalah serangan penyakit CPVD yang disebabkan oleh Liberobacter asiaticum. Penyakit tersebut menular melalui bibit yang sudah terinfeksi atau dari serangga seperti kutu loncat.

penyakit CPVD
foto: Trubus

Melansir dari laman litbang.pertanian.go.id, serangan CPVD harus diwaspadai. Salah satu caranya dengan menerapkan Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) yang merupakan paket teknologi budidaya tanaman jeruk sehat. Paket teknologi tersebut juga bermanfaat untuk mengendalikan penyakit CPVD.

PTKJS terdiri atas lima komponen teknologi yang perlu diterapkan secara utuh dan konsisten. Berikut ini uraian kelima komponen tersebut.

Menggunakan bibit jeruk berlabel bebas penyakit

Bibit jeruk yang bermutu adalah bibit jeruk yang terbebas dari pathogen sistemik dan berasal dari induk yang sesuai, yakni varietas batang bawah dan batang atas yang terjamin kemurniannya. Pathogen sistemik yang dimaksud adalah CPVD, CTV, Vein enation, Exocortis, Psorosis, Xyloporosis, dan Tatter leaf.

Mengendalikan serangga penular CPVD Diaphorina citri

Serangga Diaphorina citri yang dapat menularkan penyakit CPVD harus dikendalikan dengan cara penyaputan batang menggunakan insektisida sistemik murni berbahan aktif Imidakloprid atau lainnya. Penyaputan dilakukan ketika pohon berpupus dan dapat diulang setiap 2–4 minggu. Selain itu, serangga juga bisa dikendalikan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif Dimethoate 2 cc/l atau lainnya.

Cara pengendalian lain yang bisa digunakan adalah dengan memanfaatkan musuh alami seperti parasit, predator, dan entomopatogen.

Melakukan sanitasi kebun secara cermat

Tanaman yang sudah terserang penyakit CPVD harus segera dibuang seluruhnya atau sebagian pada bagian yang terinfeksi. Tanaman yang terserang penyakit biasanya akan menunjukkan gejala berupa warna kuning pada daun yang tidak dibatasi oleh tulang daun dan tidak simetris, pertumbuhan daun terhambat, daun mengecil, relatif kaku, runcing, dan menghadap ke atas.

Memelihara tanaman secara optimal

Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, penyiraman, pemangkasan bentuk dan pemeliharaan, penjarangan, serta pengendalian hama harus dilakukan dengan benar.

Konsolidasi pengelolaan kebun di suatu wilayah target pengembangan

PTKJS dapat efektif diterapkan pada daerah pengembangan baru atau daerah yang akan direhabilitasi. Lahan yang akan direhabilitasi harus sudah bebas dari tanaman yang sakit pada radius minimal 5 km.