Pertanianku — Serangga seringkali dianggap sebagai hewan kecil pengganggu. Padahal, kehadirannya begitu penting dalam ekosistem. Bahkan, lebah liar mampu meningkatkan produksi buah dan sayur. Mengapa demikian?

“Serangga penyerbuk merupakan salah satu layanan jasa ekosistem yang penting bagi manusia dan lingkungan. Sebanyak 35 persen di antaranya merupakan penyedia sumber pangan dunia. Bahkan, 80 persen tanaman pertanian penyerbukannya bergantung pada serangga penyerbuk tersebut,” ungkap Profesor Imam Widhiono seperti dilansir Mongabay.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Imam sejak 2009, hasil pertanian di lereng Gunung Slamet bagian timur, tepatnya di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jateng, meningkat cukup signifikan.
“Kehadiran serangga penyerbuk mampu meningkatkan hasil pertanian, terkhusus lebah liar. Sebagai contoh, untuk tanaman stroberi, ada peningkatan antara 16 persen—20 persen, tergantung dengan spesies serangga penyerbuknya. Sedangkan untuk buncis ada peningkatan antara 19 persen—33 persen. Sementara untuk tomat ada peningkatan antara 19 persen—27 persen,” paparnya.
Ia menyebutkan, serangga penyerbuk itu terdiri atas sejumlah ordo di antaranya Diptera, Coleoptera, dan Hymenoptera. Namun, dari ketiga ordo tersebut, peran yang sangat penting untuk reproduksi seksual berbagai jenis tanaman adalah ordo Hymenoptera khususnya lebah.
“Lebah dianggap lebih efisien dalam membantu penyerbukan tanaman pertanian. Sebab, mampu meningkatkan stabilitas, kualitas dan jumlah layanan penyerbukan sepanjang waktu jika dibandingkan dengan serangga lainnya,” katanya.
Prof. Imam menjelaskan, lebah terbagi menjadi dua kelompok yakni lebah sosial atau berkoloni serta lebah solitaire atau penyendiri. Ternyata, setiap kelompok memiliki peran tersendiri dalam proses penyerbukan. Antarkelompok saling melengkapi karena adanya pola adaptasi dan penyesuaian antara bentuk, warna bunga, ketersediaan pollen, dan fenologi pembungaan.
Serangga penyerbuk memiliki peran penting dalam peningkatan produksi dan kualitas produk pertanian. Namun demikian, keberadaan dan peran serangga penyerbuk di Indonesia masih kurang mendapatkan perhatian.
“Padahal di berbagai negara sudah sangat intensif melakukan konservasi serangga penyerbuk, terutama setelah terjadinya CCD atau colony colaps disorder atau kematian koloni Apis mellifera (lebah madu) sebagai penyerbuk utama pada tanaman pertanian di Kanada, AS dan Eropa,” ujarnya.