Pertanianku – Tanaman jati yang tumbuh di alam dapat mencapai diameter 220 cm. Namun, umumnya jati dengan diameter 50 cm sudah ditebang karena banyaknya permintaan. Bentuk batang tidak teratur serta beralur. Warna kayu teras (bagian tengah) cokelat muda, cokelat-merah tua, atau merah-cokelat, sedangkan warna kayu gubal (bagian luar teras hingga kulit) putih atau kelabu kekuningan. Tekstur kayu agak kasar dan tidak merata. Arah serat lurus dan agak terpadu. Permukaan kayu licin agak berminyak dan memiliki gambaran yang indah.
Kambium kayu jati memiliki sel-sel yang menghasilkan perpanjangan vertikal dan horizontal, dimulai dengan berkembangnya inti sel berbentuk oval secara memanjang, kemudian akan membelah menjadi dua sel dan seterusnya. Sel-sel kambium sesuai kondisi musimakan menghasilkan riap diameter antara 14,2—31,6 μm. Pada sekitar bulan Juli—September (musim kemarau), tanaman akan mengalami gugur daun dan pada saat itu kambium akan tumbuh lebih sempit dari pertumbuhan musim hujan.
Pada bulan Januari—April (musim hujan), daun akan tumbuh dan kambium akan tumbuh normal kembali. Perbedaan pertumbuhan tersebut membuat suatu pola yang indah bila batang jati dipotong melintang. Pola tersebut dikenal juga dengan nama lingkaran tahun.
Struktur anatomi batang jati dengan pori soliter yang tersusun dalam tata lingkar, berdiameter 20—40 μ dengan frekuensi 3—7 per mm2. Sel parenkim mempunyai tipe paratrakeal, berbentuk selubung lengkap dan tidak lengkap. Selain itu, juga terdapat pula parenkim apotrakeal berbentuk pita tangensial dan terdapat pada batas lingkar tumbuh, memiliki jari-jari homogen lebar 50—100 μ, tinggi 500—2.000 μ dengan frequensi 4—6 per mm. Panjang serat sekitar 1.316 μ, berdiameter 24,8 μ dengan tebal dinding 3,3 μ serta diameter lumen 18,2 μ.
Ditinjau dari sifat fisiknya, kayu jati mempunyai berat jenis antara 0,62—0,75 dan memiliki kelas kuat II dengan penyusutan hingga kering tanur 2,8—5,2%. Ditinjau dari sifat mekaniknya, kayu jati memiliki keteguhan lentur statik 718 (kg/cm2 ) dan tegangan batas patah 1031 (kg/cm2 ) serta modulus elastisitas kayu sekitar 127,7 (1.000 kg/cm2). Sedangkan keteguhan tekan sejajar arah serat maksimum 550 (kg/cm2). Sifat kimia kayu jati memiliki kadar selulosa 47,5%, lignin 29,9%, pentosan 14,4%, abu 1,4%, dan silika 0,4%, serta nilai kalor 5.081 kal/gram. Keawetan kayu sesuai hasil uji terhadap Cryptotermes cynocephalus, jamur, dan rayap tergolong kelas II. Artinya, kayu tersebut dapat terserang rayap dalam kapasitas rendah dengan kondisi kayu yang dipengaruhi oleh umur pohon, semakin tua semakin sulit terserang rayap. Keawetan kayu dapat diusahakan dengan pelaburan Carbolineum dan NaF.
Sifat fisik dan kimia tanaman jati konvensional akan sangat ditentukan oleh kondisi lahan, iklim, serta lingkungan tempat tumbuh.Pada kawasan hutan dataran rendah dengan kandungan hara optimal, curah hujan antara 750—1.500 mm/tahun, suhu udara nisbi antara 34—42° C, dan kelembapan sekitar 70%, akan diperoleh kualitas produk kayu yang memiliki struktur kambium tebal, kulit kayu antara0,4—1,8 cm, serat halus berwarna cokelat terang, sedangkan bagian teras berwarna cokelat-cokelat tua dan cokelat-keemasan.
Sumber: Buku Kayu Jati Paduan Budi Daya dan Prospek Bisnis