Silase Hijauan, Pakan Ternak yang Segar dan Tahan Lama Hingga Kemarau

Pertanianku — Pakan hijauan tidak pernah bisa bertahan lama karena cepat layu dan membusuk. Selain itu, hijauan hanya subur ketika musim hujan, di musim kemarau jumlah pakan hijauan cenderung mengalami penurunan yang drastis sehingga menyebabkan peternak kesulitan mendapatkan pakan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peternak dapat menggunakan silase hijauan.

silase hijauan
foto: Pertanianku

Silase hijauan merupakan pakan hijauan untuk ternak yang diawetkan dalam keadaan segar atau masih memiliki kadar air yang cukup tinggi. Pakan hijauan akan melewati proses fermentasi yang dilakukan oleh jasad renik dalam keadaan anaerob. Proses pembuatan silase hijauan bisa menggunakan pengawet atau tanpa bahan pengawet.

Hijauan yang bisa diolah menjadi silase adalah hijauan berbatang besar, seperti rumput gajah, tebon jagung, king grass, dan lain-lain. Bahan selanjutnya yang digunakan harus mengandung karbohidrat yang tinggi karena bahan akan melalui proses fermentasi. Bahan-bahan tersebut adalah tetes tebu, dedak padi, tepung jagung, dan lain-lain.

Bahan dengan kandungan karbohidrat yang tinggi berfungsi sebagai sumber pakan bagi bakteri yang akan bekerja selama proses fermentasi. Dengan begitu, bakteri tidak akan merusak hijauan yang akan diawetkan.

Karena proses fermentasi berlangsung dalam keadaan anerob, wadah yang digunakan harus mampu mencegah udara masuk atau wadah yang kedap udara dan air, seperti wadah berbahan plastik. Silase yang baik memiliki aroma yang harum dan manis, tidak berjamur, tidak menggumpal, warnanya kehijauan, serta memiliki pH sekitar 4 sampai 4,5.

Berikut ini cara pembuatan silase hijauan yang akan sangat berguna di musim kemarau.

Bahan-bahan:

  • Hijauan berbatang besar seperti tanaman jagung berumur 75—90 hari (sudah berbuah jagung muda). Jika menggunakan tanaman rumput, gunakan tanaman yang belum berbunga.
  • Starter seperti tetes

Cara membuat:

  1. Layukan hijauan yang baru saja dipanen selama satu malam atau hingga kadar air hijauan berkurang menjadi 60—70 persen.
  2. Potong hijauan menjadi berukuran kecil sebesar 3—5 cm, semakin kecil ukuran hijauan dapat memudahkan proses pemadatan.
  3. Masukkan cacahan hijauan ke silo atau wadah plastik kedap udara. Bahan harus dipadatkan dengan cara diinjak-injak atau menggunakan alat lain. Pemadatan berfungsi untuk mengurangi kadar oksigen di dalam wadah.
  4. Tambahkan starter pada setiap ketebalan 20 cm. Jika starter yang digunakan tetes tebu, tetes tebu diencerkan terlebih dahulu dengan perbandingan 1:4. Jumlah starter yang dibutuhkan maksimal sebanyak 3 persen dari berat hijauan.
  5. Tutup wadah dan diamkan selama 40 hari.
  6. Setelah 40 hari, buka wadah untuk mengecek kondisi silase.