Pertanianku— Jeruk siompu merupakan varietas jeruk manis asal Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara. Siompu sudah menjadi varietas endemik pulau berpenduduk 22.000 jiwa tersebut. Jeruk lokal ini memiliki beberapa keistimewaan tersendiri jika dibandingkan dengan jenis jeruk yang berasal dari daerah lain.
Buah jeruk siompu berbobot 135—200 gram. Rasanya lebih manis jika dibandingkan dengan hampir semua jenis jeruk manis di Indonesia, seperti jeruk keprok asal Sumatera, jeruk asal Kalimantan, jeruk dari Bali, atau jeruk dari Pulau Jawa. Kadar kemanisan siompu dapat mencapai 11—12° briks.
Saat dipanen tampilan jeruk ini berwarna kuning keemasan dengan daging buah yang berwarna oranye terang. Kulit buah juga bertekstur agak tebal dan sedikit kasar, tetapi kulit buahnya cukup mudah dikupas.
Jeruk endemik Sulawesi Tenggara ini sudah ditetapkan sebagai jeruk unggulan nasional melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 742/Kpts/TP.240/7/97. Pada kontes jeruk keprok nasional yang diselenggarakan di Kota Batu, Malang pada 2016 lalu, jeruk siompu dinobatkan sebagai jeruk dengan rasa yang paling manis.
Masyarakat di Buton Selatan jarang mengolah jeruk menjadi minuman segar seperti jus. Rasa manis buah jeruk ini lebih nikmat dikonsumsi langsung, biasanya disajikan setelah makan. Pada era 1990-an, siompu sering disajikan sebagai buah-buahan untuk jamuan kenegaraan di Istana Negara.
Saat ini jeruk siompu sudah menjadi primadona tanaman buah di Pulau Buton dan Kabupaten Buton Selatan. Dilansir dari indonesia.go.id, produksi jeruk di Buton Selatan pada 2019 mencapai 495,3 ton jeruk, sebanyak 209 ton di antaranya dihasilkan dari Pulau Siompu dan sisanya dari kecamatan lain.
Tanaman jeruk siompu tumbuh subur di dataran rendah hingga ketinggian masimal 700 m dpl. Buah jeruk baru bisa dipanen setelah berumur 6—7 tahun dan tiap pohonnya dapat menghasilkan buah sebanyak 100—135 kilogram jeruk segar.
Sayangnya, jeruk siompu tidak bisa dibudidayakan di luar Siompu. Hal ini karena kualitas buahnya relatif kurang baik jika ditanam di luar daerah asalnya. Kondisi tersebut menyebabkan siompu sedang dalam angan-angan kepunahan. Pasalnya, selain sulit dibudidayakan di luar daerahnya, produksi di daerah asalnya pun menurun sejak adanya serangan penyakit secara massal yang terjadi pada 2015 lalu. Selain itu, bibit jeruk siompu juga terbilang sulit dikembangkan dan didistribusikan ke luar pulau.