Pertanianku — Sirih merah (Piper crocatum) sudah populer sebagai tanaman hias sejak era 1990-an. Tanaman ini biasanya tumbuh merambat di pagar atau pohon. Sirih merah memiliki batang berbentuk bulat dan berwarna hijau keunguan serta tidak berbunga. Salah satu bagian yang sangat mudah dikenali adalah daunnya. Daun sirih berbentuk seperti jantung hati dengan permukaan yang mengilap dan tidak rata.

Selain menjadi tanaman hias, ternyata sirih merah sudah dimanfaatkan sebagai obat tradisional di kalangan Keraton Yogyakarta. Tanaman ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit, bahkan sirih sering digunakan dalam upacara adat Ngadi Saliro. Suku Jawa sering memanfaatkan tanaman hias ini untuk menyembuhkan ambeien, keputihan, dan obat kumur.
Di balik kecantikannya, sirih merah mengandung zat yang sangat bermanfaat untuk kesehatan. Zat-Zat tersebut adalah alkaloid, karvakol, saponin, flavonoid, eugenol, dan tannin. Kandungan alkaloid yang terdapat di dalamnya bermanfaat menurunkan kadar glukosa darah, antioksidan, antikanker, antiseptik, dan antiinflamasi. Karvakol bermanfaat sebagai disinfektan dan antijamur. Saponin bermanfaat sebagai antimikroba untuk melawan bakteri dan virus.
Kandungan flavonoid bermanfaat menurunkan kadar glukosa darah, antioksidan, antikanker, antiseptik, dan antiinflamasi. Eugenol berfungsi sebagai obat pereda nyeri atau analgesik. Adapun tannin berfungsi sebagai antimikroba untuk melawan bakteri dan virus.
Dalam perkembangannya, diketahui tanaman hias ini dapat dimanfaatkan untuk mengobati diabetes. Seseorang yang rutin meminum air rebusan sirih merah setiap hari dapat menurunkan kadar gula darah pada tingkat yang normal. Selain itu, sirih ini terbukti ampuh mengatasi kanker.
Uji klinis yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) Bogor menunjukkan, pemberian ekstrak sirih merah 20 gram per kilogram dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus sebesar 34,3 persen.
Berdasarkan hasil penelitian, sirih merah aman digunakan sebagai obat herbal. Uji toksisitas dilakukan dengan memberikan ekstrak dengan konsentrasi 0, 5, 10, 20 gram per kilogram bobot diberikan secara oral pada masing-masing enam tikus sparague dawley. Setelah tujuh hari, bobot tubuh semua tikus mengalami penambahan tanpa ada yang mengalami gangguan kesehatan.
Uji tersebut menunjukkan pemberian ekstrak hingga dosis 20 gram per kilogram berat badan masih aman dikonsumsi dan tidak bersifat toksin.