Pertanianku – Ade Mulyadi, peternak lele di Cibeureum, Bogor, lebih memilih metode pemijahan alami dibandingkan dengan pemijahan semi alami atau buatan. “Tidak perlu repot nyuntik, toh hasilnya belum tentu lebih baik, yang ada induk berisiko terkena penyakit atau mati. Asalkan induk sudah siap dipijahkan, hasilnya bisa maksimal”, begitu tuturnya. Dengan teknik alami ini, pria berusia 34 tahun ini mampu memproduksi ratusan ribu benih siap jual setiap bulan.
Pemijahan dengan metode alami tidak memaksa induk untuk mengeluarkan telurnya. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah kesiapan induk untuk memijah. Harapannya adalah ketika induk disatukan akan terjadi pemijahan. Pemijahan alami bisa dilakukan asalkan memperhatikan poin-poin penting sebagai berikut.
- Induk matang gonad sampai TKG 3 atau 4.
- Induk diberi pakan tambahan selain pelet, yaitu kijing air tawar, limbah kepala udang, bekicot, keong, belut, tepung kepala udang, atau cacing tanah.
- Semua sarana dan prasarana untuk pemijahan sudah siap, baik dari air, kakaban, dan kolam.
- Induk jangan terlalu sering digunakan untuk pemijahan. Hal itu akan menurunkan kualitas benih yang dihasilkan.
- Perbandingan antara induk jantan dan betina yang disarankan sebaiknya 1 : 1 atau 1 : 2.
- Bobot induk jantan sebaiknya sama dengan induk betina atau selisih perbedaan bobotnya tidak lebih dari 300 g.
Sudah banyak pembudidaya membuktikan bahwa jumlah telur yang dihasilkan melalui pemijahan alami tidak sebanyak pemijahan semi alami atau buatan. Apalagi jika pelakunya masih terhitung pemula. bahkan, kadang kala justru tidak terjadi pemijahan. Namun, jika perlakuan dan perawatan dilakukan sesuai dengan aturan dan prosedur yang benar, jumlah benih yang dihasilkan bisa maksimal. Selain itu, tidak diperlukan biaya tambahan untuk pembelian hormon perangsang.
Sumber: Buku Belajar Dari Kegagalan Bisnis Lele