Sistem Pertanian Intensif agar Produksi Jagung Naik

Pertanianku — Semula produksi jagung nasional rata-rata hanya sekitar 5–6 ton per hektare. Namun, kini petani yang menerapkan sistem pertanian intensif dapat merasakan kenaikan hasil panen. Pada sistem pertanian ini, seluruh bagian mulai dari pengolahan tanah hingga pascapanen dilakukan secara intensif.

produksi jagung
foto: Trubus

Budidaya jagung secara intensif memang akan membuat biaya produksi meningkat. Namun, kenaikan biaya produksi juga sejalan dengan hasil panen yang meningkat sehingga petani bisa mendapatkan keuntungan yang berlipat. Berikut ini langkah-langkah budidaya jagung intensif yang dapat meningkatkan hasil produksi.

Benih jagung

Proses budidaya diawali dengan pemilihan benih yang berkualitas, yakni jagung hibrida yang adaptif dengan lingkungan yang dipilih. Saat ini sudah banyak varietas unggul yang beredar di pasaran. Akan tetapi, Anda harus memilih varietas jagung yang sesuai dengan lokasi.

Misalnya, di Lamongan, varietas jagung yang dibutuhkan harus memiliki daya tumbuh di atas 90 persen. Ada 15 varietas yang bisa dipilih, tetapi hanya 6–8 varietas yang memiliki potensi hasil lebih dari 10 ton per hektare.

Pengolahan tanah

Sebelum mulai bertanam, Anda harus melakukan pengolahan tanah. Pengolahan dibantu dengan menggunakan traktor hingga kedalaman 20 cm. Selanjutnya, lahan diberikan pupuk organik atau kotoran hewan sebanyak 1,5 ton per hektare sebagai pupuk dasar untuk membuat lahan gembur sehingga akar tumbuh sempurna dan tanaman pun tumbuh optimal.

Pola tanam

Anda dapat menggunakan model penanaman jajar legowo dengan jarak tanam 120 cm × 60 cm × 12,5 cm, satu benih per lubang tanam. Selain itu, Anda bisa menggunakan jarak tanam 90 cm × 40 cm × 40 cm dengan 2 benih per lubang.

Pemeliharaan

Selama masa pemeliharaan, tanaman perlu diberikan pemupukan secara intensif sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemberian pupuk dilakukan sebanyak 2–3 kali dengan cara ditugal. Dosis pupuk dapat disesuaikan dengan luas lahan dan kondisi lahan.

Misalnya, di Lamongan, pemupukan pertama diberikan saat tanaman berumur 7–10 hari setelah tanam, pupuk yang digunakan adalah 400 kg pupuk phonska dan 20 persen urea atau 10 kg. Pemupukan kedua dilakukan saat tanaman berumur 25–30 hari dengan 200 kg urea. Selanjutnya, saat tanaman berumur 40–45 hari kembali diberikan pupuk 200 kg urea.